Dr.Roy T Pakpahan SH, Pemimpin Redaksi Law-Justice.co:

Ironi Kemerdekaan Saat Corona, Kado Apa yang Bisa Diberikan Presiden?

Senin, 17/08/2020 07:08 WIB
Ilustrasi 75 Tahun Indonesia Merdeka di Saat Wabah Corona (Kaldera)

Ilustrasi 75 Tahun Indonesia Merdeka di Saat Wabah Corona (Kaldera)

Jakarta, law-justice.co - Sejarah hari ini mencatat Senin, 17 Agustus 2020, rakyat Indonesia memperingati hari kemerdekaan ke-75 tanpa perayaan meriah seperti biasanya. Wabah Covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia, membuat semua orang yang hidup saat ini justru mengalami ketidakmerdekaan yang nyata baik sebagai individu maupun sebagai warga negara yang bebas merdeka bisa berkegiatan apa saja dan pergi kemana saja.

Per tanggal 16 Agustus 2020, jumlah WNI yang menjadi korban Corona yang wafat sudah 6150 orang dan dunia menembus angka 771.111 orang. Trend jumlah korban dan angka penderita Corona baik di dunia maupun di Indonesia terus menaik. Lantas dengan situasi dan kondisi hidup yang berat seperti saat ini, apa arti dan makna kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia?

Sudah hampir 6 bulan wabah Corona menerpa dunia dan Indonesia. Sampai hari ini vaksin dan obatnya juga belum ditemukan. Sementara krisis ekonomi semakin berkepanjangan, pengangguran terus bertambah, daya beli merosot, produksi berkurang dan semua sektor kehidupan menjadi berjalan lambat atau stagnan. 

Kita seperti berpacu dan berlomba dengan mesin waktu untuk bisa mendapatkan vaksin dan obatnya. Tak ada seorang pun yang bisa memastikan kapan wabah ini akan berakhir. Peringatan kemerdekaan kali ini akan diingat sepanjang masa sebagai peringatan kemerdekaan mencekam sepanjang sejarah peradaban moderen.

Rakyat sangat berharap kado atau hadiah perayaan kemerdekaan kali ini bukan dari hadiah perlombaan panjat pinang, lomba tarik tambang atau hadiah sepeda dari Presiden. Kado yang terindah saat ini bagi rakyat adalah bisa mendapatkan obat atau vaksin corona yang tak tahu kapan bisa terwujud.

Semua indikator kehidupan hari ini menunjukkan angka yang sangat mengkhawatirkan. Khusus Indonesia hal itu diperparah dengan kohesi sosial yang gampang tersulut, kacaunya perpolitikan nasional dan merosotnya kewibawaan negara dan pemerintah. 

Pemerintah seperti tak bisa berbuat banyak menghadapi corona ini dan juga dalam mengantisipasi segala dampak ikutannya. Lebih banyak usaha coba-coba dan saling lempar tanggungjawab antar instansi pemerintah. Koordinasi pemerintah pusat dan daerah juga sangat buruk.

Bila situasi dan kondisi seperti ini terus terjadi dan tidak ada solusi maka musuh kita di depan bukan lagi hanya Corona tapi juga pertarungan antar sesama anak bangsa. Saat kehidupan semakin sulit dan  korban corona semakin banyak, yang terjadi adalah titik kesabaran sudah mulai hilang dan kepercayaan kepada pemerintah terus merosot.

Ibarat bisul, tinggal menunggu kapan pecahnya. Pertanyaannya adalah setelah pecah, akan jadi seperti apa nasib bangsa dan rakyat Indonesia. Kemerdekaan yang susah payah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini haruskah berakhir dengan perpecahan tragis seperti ini. Apakah ini memang kehendaknya rakyat atau maunya segelintir elit saja.

Saatnya Presiden sebagai pimpinan tertinggi harus bisa menjadi figur pemersatu seluruh bangsa dan rakyat Indonesia yang plural ini. Presiden harus bisa menjadi katalisator dan dinamisator yang berdiri di atas semua golongan. Tinggalkan benalu politik pencitraan, dinasti politik dan tutup buku dengan para pembisik asing dan aseng yang selalu menggurui untuk menguasai sumber daya alam serta ekonomi Indonesia. Jadilah Presiden yang sesungguhnya.

Momentum sekarang ada pada Presiden. Kalau momentum itu lewat begitu saja maka jangan salahkan rakyat jika mereka mau menarik mandatnya. Rakyat sudah lelah diberi PHP dan janji-janji manis yang memupus asa mereka. Rakyat sudah lama berpuasa dengan beban hidupnya dan saatnya untuk memulai hidup baru dan tentunya juga dengan mandat yang baru.

Presiden harus ingat sumpah jabatannya bahwa kemerdekaan Indonesia sesungguhnya haruslah mencerminkan keberhasilan negara dan pemerintah dalam mewujudkan cita-citanya. Ada empat tujuan negara yang tertulis di dalam pembukaan konstitusi negara Indonesia, yaitu; 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, 2. Memajukan kesejahteraan umum, 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan 4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 

Pak Presiden, nasib bangsa ini tidak akan berubah jika kita sendiri tak mengubahnya. Sebab itu dibutuhkan tauladan dan kepemimpinan yang efektif dan pro rakyat. Mari sama-sama berjuang agar bermanfaat untuk negeri. Kesakitan akibat dampak Corona ini hanyalah sementara. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya. Jangan pernah menyerah karena kemerdekaan yang sesungguhnya hanyalah milik para petarung sejati dan menjadi pemenang. Tentu Pak Presiden adalah seorang petarung dan ingin menang bukan?..Merdeka!!

(Roy T Pakpahan\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar