Fahri Hamzah: Dosa Terbesar Presiden Ialah Buat Sesama Rakyat Berantem

Selasa, 01/09/2020 12:14 WIB
Fahri Hamzah. (Kompas)

Fahri Hamzah. (Kompas)

Jakarta, law-justice.co - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah kembali melemparkan kritikan tajam lewat akun twitter pribadinya meski baru-baru ini mendapat anugerah Bintang Mahaputera Nararya dari Presiden Joko Widodo.

"Dosa terbesar para buzzer adalah membuat sebagian rakyat berantem sama presiden. Tapi dosa terbesar presiden adalah membuat rakyat berantem sesama rakyat. Presiden negara mana maksudnya ini?" kicaunya di twitter, Selasa 1 September 2020.

Tetapi dalam tweet berikutnya, Fahri mengatakan tidak setuju kalau fenomena buzzer dianggap gangguan, apalagi di negara penganut sistem demokrasi.

"Demokrasi itu memang sistem bising, penuh laron karena bottom line-nya adalah freedom. Orang-orang mengejar cahaya yang kini tersebar pada banyak lampu penerang jalan. Jadi saya lebih memilih menyalahkan respon pemerintah," kata dia.

Pernyataan satire mantan wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu pun ditafsirkan dari beragam perspektif oleh netizen yang memberikan komentar.

Seorang netizen berkata dengan mengutip pernyataan kritis pakar hukum Refly Harun dan mengaitkan dengan isu politik yang sekarang sedang panas: "Kata Refly Harun : jika diangkat presiden, maka presiden bukan lagi milik golongan. Dia harus membuat kebijakan buat kesejahteraan rakyat. Bukan mengangkat sebagian rakyat untuk melawan rakyat yang lain dengan dibiayai negara. Konyol !!!!"

Tweet Fahri Hamzah turut mengamplifikasi kepentingan sebagian pengguna akun Twitter.

Tetapi salah satu netizen yakin di Indonesia tidak ada presiden yang berlaku demikian, seperti yang disebutkan Fahri Hamzah dalam tweet.

"Yang jelas bukan negara Indonesia pak, karena presiden kita gak mungkin melakukan hal kayak gitu," kata dia.

Fahri Hamzah pun tak lepas dari sorotan netizen. Sebagian warganet membullynya dengan kalimat-kalimat satire.

Namun, Fahri Hamzah juga dikagumi oleh sebagian netizen. "Abangku yang terhormat, tetap mengapresiasi hal bagus yang dilakukan oleh pemerintah ya dan juga tetap mengkritisi kebijakan pemerintah yang belum betul. Salam hangat dari pengagummu."

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar