Hubungannya Panas Dingin, Ini Sejumlah Persoalan Jokowi dan Prabowo
Ilustrasi: Presiden (2024-2029) terpilih Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo. (Sekneg)
Jakarta, law-justice.co - Pegiat Media Sosial, Tonanda Putra mengungkapkan sejumlah persoalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden terpilih Prabowo Subianto yang membuat hubungan keduanya menjadi panas dingin dan menarik perhatian publik.
Kata dia, persoalan Jokowi dan Prabowo Subianto tersebut adalah mengenai anggaran proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, kepentingan oligarki, peranan Wakil Presiden (Wapres) terpilih Gibran Rakabuming Raka di dalam pemerintahan, hingga kapling bandarmologi.
"Hubungan Prabowo dan Jokowi memang menarik perhatian publik terutama soal panas dinginnya hubungan mereka dari soal anggaran IKN sampai kepentingan oligarki, dari soal peranan Gibran sampai kapling bandarmologi," ucapnya, dikutip dari YouTube 2045 TV, Rabu (8/5).
Sementara itu, Mantan Gubernur Bank Indonesia 1993-1998, Prof. Soedrajad Djiwandono mengungkapkan pandangannya mengenai sejumlah program Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, seperti makan siang gratis hingga pembangunan IKN di Kalimantan Timur.
Dia menilai, bahwa makan siang gratis merupakan program yang penting untuk mengatasa permasalahan gizi di Indonesia, seperti stunting.
"Saya kira iya, masalah stunting itu sesuatu yang benar-benar terjadi di masyarakat kita dan kita tidak bisa memperbaikinya jika sudah terlambat," kata Soedrajad dalan program ROSI Kompas TV, Kamis (28/3/2024), dikutip dari Kompas TV.
Kemudian ketika ditanya mengenai IKN, Soedrajad mengatakan jika belum mampu maka sebaiknya tidak dilakukan, karena banyak yang harus dibangun.
"Ya kalau untuk itu ya belum dong, karena yang harus dibangun begitu banyaknya, mulai dari nol, kok," ucapnya.
"Memang kondisi Jakarta makin enggak enak dan seterusnya, cuman kita harus mampu hidup di sana sebelum betul-betul punya kemampuan membangun IKN sampai selesai," imbuhnya.
Lebih lanjut, dia merasa program makan siang gratis yang akan memakan dana sebesar Rp450 triliun setiap tahunnya lebih penting dikerjakan demi membangun Indonesia untuk generasi mendatang.
"Makan siang gratis lebih penting untuk saya, karena ini (untuk) generasi yang akan datang membangun Indonesia, kok. Kalau punya penduduk banyak tapi bodoh-bodoh kan sebuah masalah. Saya sangat yakin soal itu," pungkasnya.
Komentar