Ini Negara-negara Mayoritas Kristen yang Tak Rayakan Natal 25 Desember

Rabu, 27/12/2023 11:41 WIB
Ilustrasi Natal Damai. (Tribunnews)

Ilustrasi Natal Damai. (Tribunnews)

Jakarta, law-justice.co - Seperti diketahui, bulan Desember merupakan waktu yang spesial bagi umat Kristiani di seluruh dunia.

Pasalnya, setiap 25 Desember, diperingati hari kelahiran Yesus Kristus yang lahir dari Bunda Maria di Betlehem dan disebut dengan Natal.

Beberapa bulan sebelum Natal, berbagai belahan dunia sudah dipenuhi berbagai dekorasi khas yang berkaitan dengan pohon Natal, Santa Claus, salju, lampu warna-warni, rusa, dan hiasan lainnya. Namun, sejumlah negara justru mayoritas masyarakat Kristennya tidak merayakan Natal pada 25 Desember.

Berikut daftar negara mayoritas Kristen yang tidak merayakan Natal pada 25 Desember seperti melansir cnnindonesia.com:

A. Rusia

Gereja Ortodoks Rusia merayakan Natal sesuai dengan kalender Julian lama. Hal ini menjadi penyebab perayaan Natal, Paskah, dan hari raya lainnya diperingati 2 minggu kemudian.

Paus Gregorius XIII memperkenalkan baru di Eropa pada 1582. Kalender baru ini mulai diadopsi oleh negara-negara Katolik di Eropa.

Amerika Serikat dan Inggris mulai berhenti menggunakan kalender Julian kuno pada 1752.

Kalender Gregorian mulai diadopsi oleh Rusia pada 1918 berdasarkan keputusan pemerintah Uni Soviet.

Namun, gereja Rusia tidak setuju akan keputusan ini dan tetap bersikukuh merayakan Natal pada 25 Desember kalender Julian, yaitu 7 Januari dalam kalender Gregorian, dilansir dari Bridge to Moscow.

Bahkan saat ini gereja Rusia enggan memperkenalkan terkait kalender Gregorian dengan alasan peraturan Apostolik tidak mengizinkan perayaan Paskah sebelum atau selama Paskah Yahudi.

B. Belarus

Di Belarus, waktu selama Natal dan Tahun Baru disebut sebagai Kaliady, berasal dari perayaan titik balik matahari musim dingin pra-Kristen atau pagan.

Serupa dengan penganut Ortodoks di Rusia, Belarus merayakan Natal setiap 7 Januari dan menjadi satu hari libur utama dalam kalender keagamaan.

Natal di Belarus didahului dengan masa Prapaskah selama 40 hari yang diakhiri dengan munculnya bintang pertama di langit malam pada 6 Januari, dilansir dari situs resmi Republik Belarus.

Pada malam Natal, semua gereja di Belarus mengadakan kebaktian perayaan yang mencakup Jam Agung, Vesper, dan Liturgi Ilahi St. Basil Agung yang berpuncak dengan Vigil Sepanjang Malam.

C. Etiopia

Perayaan Natal yang disebut Genna di Ethiopia dilakukan sebanyak dua kali karena festival berlangsung seminggu setelah kalender Gregorius.

Perayaan Natal di Genna didahului dengan Vigil sepanjang malam setelah puasa 43 hari yang melarang daging, telur, dan produk susu.

Kalender Ethiopia memiliki bulan yang berbeda dan Natal jatuh pada tanggal 29 Tahsas.

Kalender yang digunakan oleh Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia pada awalnya berasal dari kalender yang digunakan oleh Gereja Ortodoks Koptik yang berbasis di Mesir, namun kini memiliki hari-hari istimewanya sendiri, dilansir dari Why Christmas.

Orang Ortodoks Ethiopia pergi untuk misa di gereja pada malam Natal yang disebut Gahad Natal pukul 6 sore dan selesai pukul 3 pagi pada Hari Natal.

D. Georgia

Gereja Ortodoks Georgia juga menggunakan kalender Julian yang membuat Natal jatuh pada tanggal 7 Januari.

Pada perayaan Natal, banyak orang mengikuti Alilo, yaitu sebuah parade di jalanan. Mereka menggunakan pakaian dan kostum unik untuk memperingati Natal.

Sebagian orang bahkan mengikuti festival sambil membawa bendera Georgia dan terdapat pembagian permen yang digemari anak-anak.

Lagu Natal yang dinyanyikan dalam Alilo sering menyertakan kata `otsdakhutsa dekembersa qriste ishva betlemsao` yang artinya pada tanggal 25 Desember Kristus lahir di Betlehem.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar