Soal Polemik Wacana Presidential Club yang Diinginkan Prabowo

Senin, 06/05/2024 05:52 WIB
Ilustrasi: Presiden (2024-2029) terpilih Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo. (Sekneg)

Ilustrasi: Presiden (2024-2029) terpilih Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo. (Sekneg)

Jakarta, law-justice.co - Belum lama ini, Presiden terpilih Republik Indonesia, Prabowo Subianto berencana membentuk `Presidential Club` yang diisi oleh para mantan presiden RI yang masih hidup. Rencana ini pun menuai pro dan kontra.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejauh ini mengaku tidak keberatan dengan rencana tersebut. Dia bahkan berkelakar apabila Presidential Club terbentuk, maka pertemuan antara tokoh negara itu dilakukan dua hari sekali.

Dia pun mengaku siap memberi arahan jika rencana itu benar terealisasi.

"Kalau minta saran kan enggak apa-apa, kalau minta saran. Tapi kalau enggak dimintai saran, ikut-ikutan nimbrung, ya itu yang enggak boleh," katanya usai meninjau pameran kendaraan listrik di JiExpo Kemayoran Jakarta, Jumat (3/5).

Dukungan pembentukan Presidential Club juga datang dari Partai Demokrat. Juru Bicara Demokrat, Herzaky Putra Mahendra menilai rencana Prabowo sejalan dengan mimpi Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang pernah disampaikan sebelum Pilpres 2024.

"Bagus itu ya. Demokrat sangat mendukung. Inikan sejalan dengan mimpi Pak SBY beberapa waktu lalu," kata Herzaky.

Kala itu, kata dia, SBY pernah mengungkap mimpinya berkumpul dengan presiden RI yang pernah menjabat seperti Presiden Jokowi, Megawati Soekarnoputri, dan presiden terpilih hasil Pilpres 2024 di Stasiun Gambir. Kedatangan SBY, Jokowi, dan Mega disambut presiden terpilih RI yang baru.

Menurutnya, Indonesia saat ini punya kelebihan dengan memiliki dua mantan presiden, presiden yang akan purna tugas. Mereka semua masih hidup dan sehat.

Dia menilai para mantan presiden tersebut memiliki kebajikan, pengalaman, dan pengetahuan yang berguna bagi presiden yang akan datang.

"Mengenai bagaimana situasi geopolitik. Lalu juga mengenai seperti apa solusi-solusi yang sebaiknya diambil dalam menghadapi situasi-situasi tertentu," ucapnya.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan juga mendukung ide Prabowo. Ia menilai Presidential Club adalah hal yang bagus.

"Bagus banget," katanya.

Di sisi lain, PDIP mempertanyakan rencana Prabowo membentuk Presidential Club itu. Politikus PDIP Deddy Yevry Sitorus menilai rencana tersebut bagus-bagus saja. Namun, ia mempertanyakan urgensi dan fungsi lembaga tersebut, apalagi sudah ada dewan pertimbangan presiden (wantimpres).

"Ya namanya rencana, bagus-bagus saja. Cuma memang urgensinya apa, kan sudah ada Wantimpres," ucap Deddy.

Dia menuturkan jika yang diinginkan lewat Presidential Club tersebut presiden ke depan bisa bertukar pikiran, hal itu bisa dilakukan secara langsung, dan tidak harus diinstitusionalisasikan.

Dia khawatir, langkah tersebut justru hanya akan membingungkan. Sebab, setiap presiden memiliki pengalaman dan ide yang berbeda.

"Nanti malah bikin beliau bingung karena masing-masing kan punya ideologi, konteks pemerintahan dan pengalaman yang berbeda. Idenya sih bagus tetapi menurut saya nanti malah bikin ribet sendiri," kata dia.

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai Presidential Club sejatinya tak memiliki urgensi cukup tinggi. Namun di sisi lain, forum itu juga tidak masalah atau wajar saja bila dibentuk.

Menurutnya, Presidential Club sejatinya memiliki tugas atau peran yang mirip dengan Wantimpres.

"Urgensinya sih sebenarnya tidak terlalu ada kalau menurut saya, meski sah saja," kata Adib.

Dia justru menyoroti ada potensi misi khusus Prabowo dalam rencana pembentukan Presidential Club.

Adib berpendapat, Prabowo berupaya menjembatani hubungan Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP sekaligus Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri yang kini memanas terutama pasca Pilpres 2024.

"Saya melihat ini sebenarnya gelagat untuk dalam tanda kutip mengislahkan Pak Jokowi dan Bu Megawati yang lagi keras dan panas," ujarnya.

Selain itu, Adib menilai Prabowo menginginkan jalan pemerintahannya beriringan dengan praktik politik Indonesia yang tenang. Prabowo menurutnya ingin menciptakan stabilitas politik melalui pembentukan forum presiden tersebut.

Atau dengan kata lain, Prabowo berupaya meminimalisir perbedaan politik dan oposisi selama masa jabatannya.

"Jadi menurut saya, ini untuk menekan agar politik stabil. Sebenarnya ujung-ujungnya ya biar rekonsiliasi demi persatuan dan kesatuan, kan gitu bahasa normatif politiknya. Dan untuk menekan oposisi itu jelas," ujar Adib.

Rencana pembentukan Presidential Club diungkapkan Juru Bicara Prabowo, Dahnil Azhar Simanjuntak.

"Presidential Club itu istilah saya saja, bukan institusi. Ya, (isinya) semua mantan Presiden kita yang masih ada," kata Dahnil, Jumat (3/5).

Dahnil menjelaskan Presidential Club ingin dibentuk supaya para mantan presiden bisa tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan.

Dengan begitu silaturahmi kebangsaan tetap terjaga di antara mereka dan menjadi teladan.

Dahnil mengatakan Prabowo berharap para pemimpin di Indonesia selalu kompak, rukun, guyub memikirkan dan bekerja untuk kepentingan rakyat terlepas dari perbedaan pandangan dan sikap politik yang ada.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar