Lawan Penyakit Manusia, Elon Musk Gunakan Babi

Sabtu, 29/08/2020 13:49 WIB
Ilustrasi babi yang dipakai Elon  Musk untuk deteksi penyakit manusia melalui chip (Robinsar Nainggolan)

Ilustrasi babi yang dipakai Elon Musk untuk deteksi penyakit manusia melalui chip (Robinsar Nainggolan)

Jakarta, law-justice.co - Pengusaha terkenal Amerika Serikat (AS) Elon Musk kembali membuat gebrakan. Sesuai dengan tujuan awalnya untuk mengubah kehidupan manusia, Elon kini tengah berupaya melawan penyakit yang diderita manusia melalui hewan, yakni babi.

Hal itu dilakukannya melalui startup barunya, Neuralink. Elon melakukan itu dengan menanam sebuah chip komputer seukuran koin di otak seekor ternak babi. Hal tersebut tentu menjadi langkah awal Elon Musk untuk menemukan formula berbagai penyakit yang diderita manusia.

Melansir viva.co, Neuralink yang didirikan Musk pada 2016 di San Francisco, Amerika Serikat tersebut memang tengah fokus melakukan penelitian terkait berbagai penyakit neurologis yang diderita manusia seperti Alzheimer, Demensia, dan cedera tulang belakang yang bisa berakibat kelumpuhan.

Bahkan Elon Musk sangat meyakini berbagai gangguan neurologis lainnya macam insomnia (susah tidur), gangguan pendengaran hingga depresi dapat disembuhkan lewat implan sebuah chip komputer dalam otak manusia suatu saat nanti.

"Perangkat implan ini benar-benar dapat menyelesaikan semua masalah-masalah tersebut,” kata Elon Musk, Jumat (29/8/2020).

Untuk membuktikan keyakinannya tersebut, Elon Musk sendiri mengaku hingga saat ini telah memiliki tiga ekor babi percobaan.

Elon Musk selama ini memang dianggap sebagai sosok yang visioner dalam setiap terobosan yang dilakukannya. Sebelumnya, ia juga dikenal karena inovasinya di dunia otomotif lewat perusahaannya Tesla Inc. Lalu ia juga terjun di teknologi luar angkasa lewat SpaceX.

Untuk mendukung Neuralink, Elon Musk telah menanamkan modal sebesar 100 juta dollar AS dari total investasi sebesar 158 juta dollar AS. Perusahaan ini juga telah mempekerjakan lebih dari 100 pekerja termasuk para ahli dan ilmuwan tentunya.

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar