Sempat Mengeluh, Jokowi Resmikan Lagi Bandara Internasional

Jum'at, 28/08/2020 12:42 WIB
Presiden Joko Widodo (Foto: CNN)

Presiden Joko Widodo (Foto: CNN)

Jakarta, law-justice.co - Hari ini, Jumat, 28 Agustus 2020, Presiden Jokowi meresmikan Bandara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airport/YIA). Dia bahkan sampai memuji pembangunan bandara tersebut.

Pasalnya, pembangunan bandara hanya memerlukan waktu 20 bulan. Padahal, bandara tersebut luas terminal 219 ribu meter persegi dengan dilengkapi dengan teknologi mitigasi dan daya tahan tinggi terhadap bencana sehingga bisa tahan gempa bumi dengan kekuatan mencapai 8,8 skala ritcher dan gelombang tsunami setinggi 12 meter.

Secara khusus, Jokowi juga memuji keterlibatan Sultan Hamengkubuwono X yang sangat perhatian pada desain bandara.

Padahal, kata Jokowi, tugas dari pemerintah pusat kepada daerah lebih menekankan pada kecepatan pembebasan lahan dan pengawasan, namun ternyata pemerintah daerah juga konsen pada arsitektur bandara.

"Beliau ternyata sangat detail dan sangat mumpuni urusan kearsitekturan dan yang ada di dalam tadi, interior, semuanya melihat keahlian beliau Bapak Gubernur ini sangat kelihatan sekali dalam desain aritektur," ucapnya seperti melansir cnnindonesia.com, Jumat 28 Agustus 2020.

Menurutnya, bandara juga didesain dengan tampilan yang baik oleh PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PT PP dan PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I sebagai pengelola.

"PP dan AP I sangat detail pengerjaannya, juga menurut saya ini terbaik saat ini di Indonesia, tidak tahu nanti akan ada bandara yang lebih baik lagi, tidak tahu," tuturnya.

Ia yakin bandara tersebut segera ramai terutama setelah vaksin virus corona atau covid-19 ditemukan dan didistribusikan ke masyarakat.

Pasalnya, luas terminal ini besar dan jauh melebihi Bandar Udara Adi Sucipto yang sebelumnya menjadi bandara utama di Yogyakarta.

Dengan luas terminal tersebut, Bandara Internasional Yogyakarta memiliki kapasitas mencapai 20 juta penumpang per tahun. Kapasitas ini juga 12,5 kali lipat dari Adi Sucipto.

"Berapa kali? Ini bisa 13 kali, 14 kali dari bandara lama. Tinggal tugas kita bagaimana bisa mendatangkan penumpang sampai 20 juta itu, itu bukan tugas yang ringan," katanya.

Selain itu, Bandara Internasional Yogyakarta juga memiliki panjang lintasan pesawat (railway) yang lebih panjang, yaitu mencapai 3.250 meter. Sementara Bandara Adi Sucipto hanya mencapai 2.200 meter.

"Di sana (Adi Sucipto) hanya bisa untuk pesawat yang narrow body. Di sini bisa didarati, ini tadi saya baru mendapatkan informasi, bisa didarati Airbus A380 dan Boeing 777, pesawat gede-gede bisa turun di sini," katanya..

Secara total, Bandara Internasional Yogyakarta menghabiskan anggaran sekitar Rp11,3 triliun. Dana digunakan untuk pembebasan lahan Rp4,2 triliun dan konstruksi Rp7,1 triliun.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyindir bandara internasional Indonesia yang mencapai puluhan. Jika dibandingkan dengan negara lain, jumlah itu dinilai terlalu banyak.

Hal tersebut dikemukakan Jokowi saat memberikan pengarahan dalam rapat terbatas dengan topik pembahasan penggabungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor aviasi dan pariwisata.

"Saya melihat airline hub yang kita miliki terlalu banyak dan tidak merata. Jadi ini agar kita lihat lagi, saat ini terdapat 30 bandara internasional. Apakah diperlukan sebanyak ini?," kata Jokowi.

Eks Gubernur DKI Jakarta itu lantas mencontohkan jumlah bandara utama di beberapa negara. Menurut kepala negara, hampir di setiap negara, pusat lalu lintas penerbangan hanya tertuju pada 4 bandara saja.

"Ini di Soekarno-Hatta di Jakarta, Ngurah Rai di Bali, Juanda Jawa Timur, Kualanamu Sumatra Utara," ujar Jokowi.

Ia mencatat, ada sekitar delapan bandara internasional yang berpotensi menjadi hub dan super hub di masa depan. Apa saja bandara yang dimaksud Jokowi?

"Kembali lagi, Ngurah Rai, Soekarno-Hatta, Kualanamu, Yogyakarta, Balikpapan, Sultan Hasanuddin, Sam Ratulangi, dan Juanda di Surabaya," katanya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar