Luar Biasa! Rupiah Diprediksi Terus Gilas Dolar AS ke 15.500
nilai tukar rupiah semakin menguat terhadap dolar AS (katadata)
Jakarta, law-justice.co - Pasar keuangan dalam negeri libur dalam rangka memperingati Wafat Isa Almasih. Akan tetapi, pergerakan nilai tukar rupiah masih terpantau di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF).
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Sejak pagi ini, kurs rupiah di pasar NDF terus menunjukkan penguatan. Itu artinya investor asing melihat ke depannya rupiah akan kembali menguat.
Berikut pergerakan kurs NDF beberapa saat setelah penutupan perdagangan di dalam negeri Kamis (9/4/2020) kemarin, pagi tadi, dan siang ini.
Periode Kurs 9 April Kurs 10 April Kurs 10 April
(15:03 WIB) (10:00 WIB) (14:15 WIB)
1 Pekan Rp15.813,50 Rp15.755 Rp15.584
1 Bulan Rp15.876 Rp15.789 Rp15.688
2 Bulan Rp16.112 Rp15.978 Rp15.852
3 Bulan Rp16.217 Rp16.045 Rp16.036
6 Bulan Rp16.478,50 Rp16.330 Rp16.381
9 Bulan Rp16.701,50 Rp16.503,80 Rp16.538
1 Tahun Rp16.914,50 Rp16.606,25 Rp16.766
2 Tahun Rp17.970 Rp17.990 Rp17.795
Melihat pergerakan kurs NDF 1 pekan, rupiah sebenarnya berpeluang menguat hingga ke level Rp 15.500-an per dolar AS pada hari ini.
Rupiah sendiri pada perdagangan kemarin membukukan penguatan tajam, hingga mencapai level terkuat sejak 19 Maret. Mata Uang Garuda mencatat penguatan 2,17% ke Rp 15.800/US$. Penguatan tersebut menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir, tepatnya sejak 7 Oktober 2015, kala rupiah menguat 3,1%.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah menguat tajam kemarin. Penyebaran pandemi Covid-19 yang mulai melambat memunculkan harapan segera berakhirnya masa karantina di beberapa wilayah/negara. Dengan begitu diharapkan roda perekonomian kembali berputar.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) yang menyepakati kerja sama repurchase agreement (repo) line dengan Bank Sentral AS (The Fed) New York juga memberikan efek positif ke rupiah. The Fed New York nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan.
"Ini bentuknya repo line. Kerja sama dengan bank sentral termasuk BI dengan The Fed. Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan," kata Perry, Selasa (7/4/2020).
BI mengklaim keberhasilan kerja sama ini memberikan keyakinan kepada investor asing.
The Fed sekali lagi mengirim kabar baik ke pasar finansial. Bank sentral paling powerful di dunia tersebut mengumumkan detail salah satu stimulusnya berupa pinjaman lunak ke dunia usaha senilai US$ 2,3 triliun.
Program yang diberi nama main street tersebut akan diberikan kepada perusahaan dengan jumlah tenaga kerja hingga 10.000 orang, dan pendapatan kurang dari US$ 2,5 miliar pada tahun 2019 lalu. Pembayaran pokok dan bunga pinjaman tersebut akan ditangguhkan selama satu tahun.
Selain The Fed, Uni Eropa juga mengucurkan stimulus senilai 500 miliar euro guna membantu perekonomian yang tertekan akibat pandemi Covid-19.
Stimulus tersebut membuat pelaku pasar semakin tenang dan optimis perekonomian akan cepat bangkit setelah pandemi Covid-19 berakhir. Aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi, rupiah menjadi salah satu aset yang diminati.(cncbindonesia)
Komentar