Pengakuan Pembunuh Jurnalis Yang Dapat Bayaran 2,3 M dari Mafia

Sabtu, 30/11/2019 19:50 WIB
Daphne Caruana Galizia (Melekpolitik)

Daphne Caruana Galizia (Melekpolitik)

law-justice.co - Pelaku pembunuhan jurnalis Daphne mengatakan kepada polisi bahwa mereka dibayar 150.000 euro untuk melangsungkan aksinya, dengan 30.000 euro diberikan di muka. Mereka menggunakan bom yang dibeli dari gangster Malta dan dipasok oleh mafia Italia.

Dilansir dari situs Melek Politik, Di pertengahan tahun 2017, Alfred Degiorgio menemui seseorang di kafe Busy Bee di tepi pelabuhan dekat ibu kota Malta. Tak lama, Degiorgio keluar dari kafe dan menemui rekannya Vince Muscat yang telah menunggu di mobil mereka. Dia melaporkan proyek baru mereka, yaitu membunuh jurnalis top Malta, Daphne Caruana Galizia.

Pada 16 Oktober 2017, Daphne tewas karena ledakan bom mobil. Sebelum pembunuhannya yang menggemparkan Eropa itu, selama bertahun–tahun Daphne menjalankan sebuah blog populer yang terkenal karena pendapat politiknya yang keras dan tuduhan korupsi―dan itu telah membuatnya banyak dimusuhi.

Menurut pengakuan Muscat, ia hanya dibayar 150.000 euro atau sekitar Rp2,3 miliar untuk membunuh Daphne. Pengakuan sensasional itu diutarakan Muscat kepada polisi pada April 2018, dengan harapan mendapat grasi. Rincian dari pengakuan Muscat ini diteruskan ke Reuters tahun lalu, namun tidak dipublikasikan sampai sekarang untuk menghindari gangguan penyelidikan.

Sejauh ini, Perdana Menteri Joseph Muscat (tidak ada hubungan dengan tersangka Vince Muscat) menolak permintaan grasi itu, bahkan setelah ia memberikan grasi kepada pelaku lain dalam plot pembunuhan itu, yakni sopir taksi bernama Melvin Theuma.

Theuma telah mengaku kepada polisi, dia bertindak sebagai perantara antara pembunuh bayaran dan orang yang memerintahkan pembunuhan Daphne. Dia telah dibebaskan di bawah perlindungan polisi, menurut narasumber kepolisian yang dikutip Reuters, dan dijadwalkan untuk bersaksi di pengadilan minggu depan.

Theuma ditangkap pada 14 November sebagai bagian dari penyelidikan perjudian ilegal, terpisah dari kasus pembunuhan Daphne. Setelah ia ditahan, dia menawarkan informasi tentang pembunuhan Daphne dan memberikan bukti yang mengarah pada penangkapan Yorgen Fenech, salah satu pengusaha terkemuka Malta, menurut laporan kepolisian. Saat ini, Fenech masih diperiksa oleh polisi.

Vince Muscat, Alfred Degiorgio, dan saudaranya George Degiorgio ditangkap pada 3 Desember 2017. Mereka didakwa atas tuduhan pembunuhan Daphne, yang dibantah oleh ketiganya. Setelah pemeriksaan pendahuluan, mereka didakwa pada Juli untuk nantinya diadili oleh juri. Tanggal pengadilan mereka masih belum ditentukan.

Muscat telah setuju untuk bekerja sama dan memberikan kesaksiannya pada April 2018, setelah polisi mengatakan pernyataannya hanya akan digunakan sebagai bukti jika Muscat mendapat grasi, menurut seorang narasumber yang mengetahui informasi tentang pengakuan Muscat kepada Reuters.

Muscat mengatakan kepada polisi bahwa mereka dibayar 150.000 euro untuk membunuh Daphne, dengan 30.000 euro diberikan di muka, kata narasumber itu. Mereka menggunakan bom yang dibeli dari gangster Malta dan dipasok oleh mafia Italia.

Menurut pengakuan Muscat, setelah mendapatkan kontrak untuk membunuh Daphne, komplotan pembunuh itu memutuskan untuk menembak Daphne. Mereka membeli senapan yang dipasok dari Italia, dan Alfred Degiorgio akan menembakkan senjata itu.

Selanjutnya, mereka mulai mengamati gerakan Daphne, membuntuti mobilnya, dan mengamati rumahnya, menurut pengakuan Muscat yang dilansir Reuters. Namun, setelah operasi pengintaian mereka, komplotan itu memutuskan, akan terlalu sulit untuk menembak Daphne.

Mengembalikan senapan ke pemasok, mereka kemudian diberi bom dan ditunjukkan cara untuk meledakkannya, menurut Muscat. Polisi mengatakan mereka telah mengidentifikasi pihak yang dicurigai memasok senjata dan berharap akan melakukan penangkapan segera.

Pada malam 15 Oktober 2017, saat Muscat dan Degiorgio bersaudara menyadari bahwa mobil Daphne diparkir di luar gerbang rumahnya―setelah beberapa hari sebelumnya mobil itu selalu diparkir di dalam.

Lalu, pada dini hari 16 Oktober, polisi mengatakan di pengadilan, Degiorgio bersaudara dan Muscat mulai menanam bom. Alfred menerobos masuk ke dalam mobil dengan membuka sisi jendela penumpang. Dengan George dan Muscat mengawasi keadaan sekitar, Alfred merayap masuk ke dalam mobil dan meletakkan bom di bawah kursi pengemudi.

Menurut keterangan polisi di sidang pengadilan, George Degiorgio kemudian naik kapal pesiar dan berada di Grand Harbour of Valletta saat Daphne meninggalkan rumahnya tepat sebelum jam 3 sore pada 16 Oktober.

Dilaporkan, George Degiorgio mengirim pesan teks dari kapal pesiar ke perangkat di dalam mobil Daphne yang meledakkan bom itu dan membunuhnya.

Muscat mengaku, uang bayaran untuk pembunuhan itu diserahkan kepada Alfred Degiorgio oleh Melvin Theuma 10 hari setelah pengeboman. Transaksi dilakukan di Ramla Taz–Zejtun, di selatan Malta, menurut narasumber tersebut pada Reuters.

(Hidayat G\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar