Waspadai Dampak Buruk Bertengkar di Depan Anak

Minggu, 20/10/2019 06:28 WIB
Ilustrasi Kekerasan di Depan Anak (Foto: Gisela Niken/nakita.grid.id)

Ilustrasi Kekerasan di Depan Anak (Foto: Gisela Niken/nakita.grid.id)

Jakarta, law-justice.co - Terkadang sebagai pasangan bisa berbeda pendapat. Pertengkaran sekecil apa pun tidak bisa disembunyikan di depan buah hati. Namun, orangtua harus tahu bahwa bertengkar di depan anak harus dihindari sama sekali. Ini karena dapat membawa pengaruh negatif bagi kesehatan mental, bahkan menimbulkan trauma pada buah hati. Trauma apa yang bisa muncul dan bagaimana cara mengatasinya?

Dikutip dari hellosehat.com, orangtua bisa mengetahui trauma yang dialami anak dengan adanya perubahan perilaku pada anak. Setiap anak memiliki reaksi berbeda, tapi umumnya Anda bisa melihat perbedaan perilaku anak setelah kejadian tersebut.

Misalnya sehabis anak melihat pertengkaran, sikapnya jadi takut pada Anda dan pasangan, atau bisa juga berusaha menghindar dari Anda berdua. Tak hanya itu, anak yang trauma akibat pertengkaran orangtuanya juga akan sering murung, banyak menyendiri, atau suka menangis.

Anak dapat dengan mudah belajar dan merekam semua hal yang ia lihat, termasuk pertengkaran orangtuanya. Maka itu, sebisa mungkin bertengkar di depan anak harus dihindari.

Cara menjelaskan arti bertengkar di depan anak
Jika pertengkaran tidak bisa dihindarkan hingga terlihat oleh si kecil, sebaiknya Anda dan pasangan segera memberikan ia pengertian. Jelaskan pada anak apa yang baru saja terjadi, agar ia tidak merasa tertekan bahkan sedih.

Penjelasan tentang apa itu bertengkar perlu disesuaikan dengan usia anak. Misalnya pada anak usia TK (4-6 tahun), Anda bisa jelaskan dengan kalimat seperti, “Adik, tadi Ibu dan Ayah cuma marahan sebentar, kayak kamu dan teman di sekolah, tapi kita udah baikan, kok”.

Jelaskan juga, dengan bertengkar ibu dan ayah jadi paham apa yang disukai dan tidak disukai, seperti si kecil dan temannya di sekolah. Katakan juga bahwa ibu dan ayah akan belajar agar bersikap lebih baik nantinya.

Sedangkan jika bertengkar di depan anak yang berusia remaja, orangtua bisa menjelaskan dengan jujur. Jelaskan bahwa setiap orang punya perbedaan pendapat, termasuk ibu dan ayah.

Tidak lupa, jelaskan juga bahwa meskipun bertengkar, Anda dan pasangan sedang berusaha atau sudah menyelesaikan masalah beda pendapat tersebut. Arti bertengkar di depan anak remaja bisa dijelaskan sebagai proses belajar mengenal antara ayah dan ibu sembari memperbaiki diri.

Penjelasan yang jujur pada anak usia remaja ke atas penting dilakukan. Ini perlu dilakukan agar anak paham kondisi orang tua dan merasa dipercaya dan dilibatkan dalam keluarga.

Bagaimana jika trauma anak dibiarkan begitu saja?
Bertengkar di depan anak bisa menyebabkan trauma mendalam dan efeknya ini akan berbahaya. Ibaratnya seperti luka kecil yang kalau dibiarkan lama-lama bisa menjadi infeksi dan membesar.

Contoh, misalnya trauma akan menyebabkan anak dipenuhi rasa ketakutan dan kecemasan akibat sering melihat orangtuanya bertengkar. Rasa takut dan cemas ini dapat mengganggu belajarnya di sekolah, pertemanan atau kehidupan sosialnya, bahkan memengaruhi aktivitasnya sehari-hari.

Anak juga dapat menilai hubungan pernikahan sebagai hal yang negatif atau tidak menyenangkan. Bahkan anak dapat merasa tidak nyaman di rumah dan mengalihkan rasa trauma tersebut ke pergaulan atau hal negatif seperti minum-minuman beralkohol.

Membiarkan trauma anak dapat membuat perasaan anak jadi tertekan, lalu mengarah ke depresi, dan sampai bisa melukai dirinya sendiri.

Cara mengatasi trauma setelah bertengkar di depan anak
Apabila pertengkaran di depan anak betul-betul tidak dapat dihindari, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua. Pertama, tanyakan apa yang dipikirkan dan apa perasaan anak setelah melihat Ibu dan Ayahnya bertengkar. Dengarkan penjelasan anak baik-baik, pahami persepsi dan perasaan mereka.

Setelahnya, orangtua bisa melakukan edukasi. Edukasi maksudnya dengan memberikan penjelasan kepada anak tentang pertengkaran yang terjadi. Setidaknya, katakan pada anak, bahwa pertengkaran ini hanya sesaat, Ibu dan Ayah juga sudah berbaikan setelahnya.

Ibu dan ayah bisa melihat bagaimana reaksi dan dampak ke anak beberapa hari atau minggu kemudian. Apabila sikap anak tidak berubah, masih ceria seperti biasa, orangtua sebisa mungkin jangan menunjukkan lagi pertengkaran tersebut.

Namun, bila masih ada keluhan, misalnya anak jadi murung terus menerus, dan masih takut kepada Ayah Ibu, sebaiknya segera dibawa ke profesional, misalnya psikolog.

 

(Yudi Rachman\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar