Ini Cerita Pilu Mulai Direktur Sampai Warga Biasa Terjerat ISIS

Minggu, 28/07/2019 05:55 WIB
Warga Indonesia yang Dipulangkan Pemerintah Setelah Sempat Bergabung dengan ISIS (Ist)

Warga Indonesia yang Dipulangkan Pemerintah Setelah Sempat Bergabung dengan ISIS (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Ironis nasib dari 18 WNI yang pernah bergabung dengan ISIS  dan akhirnya memilih kabur dari kelompok teroris tersebut. Mereka kabur dari wilayah Raqqa, Suriah, ke Irbil, Irak. Mereka yang kabur terdiri dari perempuan, anak-anak dan juga laki-laki dewasa.

Selama melarikan diri dari ISIS, mereka sempat diamankan salah satu faksi Kurdi di Suriah. Kabar tentang ke-18 WNI ini mulai terdengar oleh pemerintah Indonesia pada Juni 2017. Saat itu mereka telah diamankan di Ain Issa dan Kobane, Suriah, dekat perbatasan Irak.

Mereka mengaku tertipu oleh propaganda ISIS. Salah satunya Lasmiati, yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ia mengaku bahwa semua janji-janji yang diungkapkan ISIS adalah palsu. "Janji-janji yang mereka beri itu palsu semua. Tidak ada yang benar. Bahkan kami meminta hak-hak kami saja, tidak diberikan. Banyak kebohongan yang mereka janjikan itu, ternyata tidak bisa terpenuhi," ujar Lasmiati dengan nada kecewa.

Sebelumnya, beberapa WNI yang kabur tersebut mengaku sempat melihat foto dan video yang diunggah ISIS ke internet. Kemudian mereka terpesona dengan semua propaganda ISIS, seperti pengobatan gratis hingga sekolah gratis. Namun keadaan berubah saat mereka sampai di kamp ISIS.

"Pada banyak yang berkelahi untuk bisa sekadar bertahan hidup dan makan. Ada yang berantem sampai lempar-lemparan pisau. Jauh banget dari apa yang mereka katakan di dunia internet itu," kata Nurshadrina, dalam video Pusat Media Damai dan ditayangkan di situs Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). 

Bukan hanya warga biasa, pejabat sekelas direktur dan punya kekayaan berlimpah juga bisa terkena rayuan dan bergabung dengan ISIS. Seperti yang dialami Djoko Wiwohoyang diketahui pernah menjadi Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Badan Pengusahaan Kawasan Batam (BP Batam). Pada tahun 2015, Djoko membawa istri, tiga anak dan mertua ke markas ISIS. Namun setelah dua tahun bergabung, dia baru sadar dia tertipu dan sekarang meringkuk di penjara serta keluarganya pontang panting untuk bisa hidup seperti semula.

Dua warga Indonesia yang bekerja sebagai pilot pesawat, dilaporkan bergabung dengan organisasi militan ISIS. Laporan ini dilansir The Intercept yang memperoleh dokumen intelijen milik Australian Federal Police (AFP). Seorang dari kedua WNI itu bernama Ridwan Agustin yang dulu berprofesi sebagai pilot AirAsia. Ridwan adalah seorang pilot lulusan AirAsia Academy yang pernah berlatih di markas Airbus di Toulouse, Prancis pada 2009 dan lulus dari akademi pada Januari 2010.

Seorang pilot dari maskapai yang berinteraksi dengan Ridwan itu adalah Tommy Hendratno. Juga berasal dari Indonesia, ia memakai nama lain Tomi Abu Alfatih. Sedangkan profil Facebook terkini namanya tertulis sebagai Abu Alfatih Hendratno.

Menyikapi banyaknya warga Indonesia yang ingin pulang karena tertipu propaganda ISIS, Pemerintah Indonesia berencana membuat task force atau satuan tugas, terkait pemulangan eks ISIS ke Indonesia. Menkumham Yasonna H. Laoly mengatakan, sekitar ada 120 orang yang akan dipulangkan.

"Sekitar 120 orang (eks ISIS). Kita bahas task force nanti, Kepala BNPT leading sectornya, nanti kerjasama dengan Kemlu, Kemenko Polhukam, BIN, jajaran terkait," kata Yasonna di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, pekan lalu.

Dia menuturkan, sebenarnya task force atau satuan tugas ini tidak terlalu baru. Bahkan Kepala BNPT juga sudah pernah ke Suriah, untuk melihat banyaknya warga Indonesia yang masih terdampar di Suriah. "Kepala BNPT dengan timnya sudah kesana. Jadi ini kita selesaikan dengan task force," ujar Yasonna. (PR)

 

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar