Pakar IT Desak KPU Jangan Bohongi Rakyat dengan Penghitungan Pilpres

Senin, 19/02/2024 15:41 WIB
Petugas memantau hasil rekapitulasi sementara pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia di Jakarta, Kamis (15/2/2024). Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan hasil sementara penghitungan suara dalam Sistem Informasi Rekapitulasi Pemilu (Sirekap) yang menunjukan hasil sementara itu, pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul. Adapun hasil resminya akan diumumkan oleh KPU paling lambat pada 35 hari setelah pemungutan su

Petugas memantau hasil rekapitulasi sementara pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia di Jakarta, Kamis (15/2/2024). Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan hasil sementara penghitungan suara dalam Sistem Informasi Rekapitulasi Pemilu (Sirekap) yang menunjukan hasil sementara itu, pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul. Adapun hasil resminya akan diumumkan oleh KPU paling lambat pada 35 hari setelah pemungutan su

Jakarta, law-justice.co - Chief Executive Officer (CEO) Kafrua Big Data, Gunaris yang juga pakar IT, menyatakan penghitungan suara Pilpres 2024 di Indonesia menjadi sorotan pakar keamanan siber lantaran penuh kecurangan pada aplikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sistem informasi rekapitulasi pemilihan umum (sirekap).

"Praktisi cyber security dan digital forensic analyst seluruh dunia menyampaikan sikap terkait perhitungan suara di Pilpres 2004, yang pertama quick count karena metode bisa diubah untuk membuat hasil yang berbeda dan sebaiknya tidak digunakan untuk mempengaruhi masyarakat luas. Jangan bohongi rakyat maupun dengan real count," kata Gunaris dalam tayangan video yang dikutip di Jakarta, Senin 19 Februari 2024.

Kedua, ujar Gunaris yang juga merangkap Ketua Umum Relawan Anies P-24, mendesak dilakukannya audit secara netral terhadap sistem Sirekap KPU dengan melibatkan semua auditor baik dalam dan luar negeri serta perwakilan dari tim pemenangan masing-masing pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

"Yang ketiga kami tidak peduli paslon mana yang menang, semua sudah Allah SWT gariskan maka jika menang, menanglah dengan cara yang jujur dan terhormat dan kalaupun kalah dengan cara yang sama terhormat," jelas alumni ITS Surabaya ini dilansir dari Inilah.

Kemudian keempat, kata dia, mendesak untuk bersama-sama melakukan evaluasi secara menyeluruh bukan saja hasil dari yang tertampil pada layar administrator tujuannya agar tampilan utama bisa di-review bersama-sama.

Kelima, Gunaris melanjutkan, lakukan analisa forensik digital semua hasil C1 dan dari mana meta datanya seperti apa.

"Yang keenam minta data itu adalah yang terkait dengan informasi detail apa saja yang menempel di dalam gambar yang diunggah biasanya berisi mengenai timestamp-timestamp kemudian location dan ada foto setting, aperture, ISO dan diambilnya (device) pakai apa," tambah Gunaris.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar