Harga Pupuk Makin Makin Mahal, Indep: Krisis Pangan Didepan Mata!

Rabu, 03/08/2022 20:15 WIB
Warga Desa Sukadiri Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang sedang memanen padi garapannya di awal tahun 2022. Dalam memanen padinya para petani bisa menghasilkan sebanyak 4 ton untuk luas satu hektar tanah, dengan harga jual gabah basah sebesar Rp. 4000 per kilogram. Petani mengeluh dengan tingginya harga pupuk yaitu Rp 350.000 per 50 Kg. Robinsar Nainggolan

Warga Desa Sukadiri Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang sedang memanen padi garapannya di awal tahun 2022. Dalam memanen padinya para petani bisa menghasilkan sebanyak 4 ton untuk luas satu hektar tanah, dengan harga jual gabah basah sebesar Rp. 4000 per kilogram. Petani mengeluh dengan tingginya harga pupuk yaitu Rp 350.000 per 50 Kg. Robinsar Nainggolan

Jakarta, law-justice.co - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) melihat harga pupuk yang saat ini melejit berdampak pada ancaman krisis pangan. Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad mengatakan peningkatan harga pupuk bisa lebih berbahaya dari peningkatan harga energi.


"Menurut saya di pupuk, fertilizer, ternyata kalau kita lihat, dan orang mungkin tidak mengamati bahwa perkembangan global price pupuk sebenarnya lebih berbahaya, lebih besar, dan jauh memiliki dampak yang luar biasa dibanding dari kenaikan harga energi," ujarnya dalam webinar bertajuk Pemulihan Prospek Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahan Geopolitik Pascapandemi, Rabu (3/8/2022).

Dia memaparkan, indeks harga pupuk hingga Juni ini sudah mencapai level 221, dibanding indeks harga energi yang mencapai 171.

"Jadi ini menyebabkan ancaman krisis pangan memang benar-benar terjadi karena (biaya) inputnya sudah meningkat. Bukan hanya kita menghadapi perubahan iklim tapi juga kenaikan input dan biaya angkut mengalami kenaikan yang luar biasa sampai pertengahan Juni 2022," jelas dia.

Di lain sisi, Tauhid menilai diberlakukannya Permentan Nomor 10 Tahun 2022, di mana jenis pupuk dan komoditas yang berhak atas subsidi jumlahnya dipangkas justru kurang tepat dengan situasi saat ini.

"Problemnya adalah tahun 2022 ini di hampir seluruh jenis pupuk mengalami peningkatan 200 persen. Sementara besaran subsidi untuk 9,11 juta ton sasaran itu relatif tidak banyak bergerak," kata dia.

Di lain sisi, dia menilai anggaran yang dialokasikan untuk subsidi BBM, LPG, dan listrik justru meningkat. Dia menyebut semestinya subsidi untuk pupuk juga ditingkatkan.

"Karena ini menurut kami tidak fair di saat yang sama belanja subsidi dan kompensasi BBM, LPG, dan listrik itu naik dari Rp 152 triliun menjadi Rp 502,4 triliun," pungkasnya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar