Lantaran Lonjakan Harga Pangan, Warga Makin Banyak Makan Tabungan

Rabu, 27/03/2024 10:16 WIB
Pedagang sayur mayur dan sembako di Pasar Senen, Senen, Jakarta Pusat menyatakan terjadi kenaikan harga. Harga secara nasional terpantau meningkat drastis pada awal tahun 2023 diantaranya cabai rawit merah yang sebelumnya Rp 65.000 kini menjadi Rp90.000, cabai keriting merah dari semula Rp40.000 kini menjadi Rp65.000 per kilogram. Robinsar Nainggolan

Pedagang sayur mayur dan sembako di Pasar Senen, Senen, Jakarta Pusat menyatakan terjadi kenaikan harga. Harga secara nasional terpantau meningkat drastis pada awal tahun 2023 diantaranya cabai rawit merah yang sebelumnya Rp 65.000 kini menjadi Rp90.000, cabai keriting merah dari semula Rp40.000 kini menjadi Rp65.000 per kilogram. Robinsar Nainggolan

Jakarta, law-justice.co - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mencatat bahwa makin banyak warga Indonesia memakan tabungan jelang lebaran imbas pemerintah gagal mengendalikan harga pangan.

Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto mewanti-wanti uang lebaran yang diterima masyarakat Indonesia lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Menurutnya, hal ini tercermin dari data tabungan masyarakat kelas menengah ke bawah.

"Dibandingkan tahun lalu, tabungan masyarakat kelas menengah ke bawah di bawah Rp100 juta itu dari periode ke periode rata-ratanya semakin tipis. (Tahun) 2022 masih di atas Rp2,5 juta, 2023 sudah mulai Rp2 juta, sekarang Rp1,9 juta," kata Eko dalam diskusi INDEF secara virtual, Selasa (26/3).

"Memang data ini tidak terlalu update, ada lag, tapi trennya turun. Ini menggambarkan masyarakat Indonesia menghadapi lebaran 2024 makan tabungan, kalau masih punya tabungan. Kalau gak punya tabungan, kemungkinan akan banyak pinjam," prediksi Eko.

Dia mengatakan uang lebaran atau tunjangan hari raya (THR) yang didapatkan pekerja Indonesia akan banyak terkuras untuk kebutuhan sehari-hari. Eko mencontohkan harga beras yang melonjak tajam, tidak hanya di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur.

Eko mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang menunjukkan mahalnya harga beras di sejumlah daerah di Indonesia.

"Walaupun sudah dikatakan panen di sana sini atau April (2024) nanti saat kita rayakan lebaran sudah panen raya, tapi tetap harganya tinggi. Itu menggambarkan bahwa potensi laju konsumsi yang akan meningkat ini sebetulnya sudah mulai tergerus sejak awal tahun," tutur Eko.

Bahkan, ia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2024 ini cuma bisa mencapai level sekitar 5 persen year on year (yoy). Padahal, kuartal I ini diharapkan bisa menjadi momentum yang harus dimanfaatkan pemerintah.

Ekonom tersebut membandingkan dengan data pertumbuhan ekonomi Indonesia saat momentum puasa dan lebaran, di mana 2023 lalu mencapai 5,17 persen yoy. Menurutnya, geliat perekonomian Indonesia dengan adanya lonjakan pemudik hingga pemberian THR ini tak akan melebihi data tahun lalu.

"Karena tekanan harga sudah dirasakan konsumen. Betul mereka akan mudik, tapi siap-siap saja kalau uang fitrahnya gak seperti tahun lalu karena sudah tergerus untuk konsumsi," wanti-wanti Eko.

"Tidak hanya beras, tapi daging dan telur saya cek di PIHPS itu sudah meningkat (harganya). Itu konsekuensi dari ketidakmampuan pemerintah mengendalikan harga-harga barang jelang lebaran ini," tandasnya.

Hal serupa juga diungkapkan Direktur Riset INDEF Berly Martawardaya. Ia menyarankan para kelas menengah atau pekerja dengan upah pas-pasan agar bisa menjalani lebaran dengan sederhana.

Berly mengklaim tak masalah jika pemilik tabungan emas atau perhiasan terpaksa ingin menjualnya. Dana tersebut nantinya bisa digunakan untuk keperluan lebaran.

"Tapi jangan pinjaman online (pinjol) untuk konsumsi, apalagi yang upah minimum regional (UMR) atau gaji pas-pasan, kalau menunggak kena bunga lumayan," wanti-wanti Berly.

"Kalau sudah makan tabungan, ya sudah berarti lebarannya sederhana saja ikut kendaraan umum atau mudik bersama beberapa lembaga sehingga cost-nya lebih rendah," imbuhnya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar