Mengenal Sosok Kapolres Subang AKBP Sumarni

Srikandi Hukum yang Lihai di Pemberantasan Korupsi

Jum'at, 27/05/2022 11:07 WIB
Kapolres Subang AKBP Sumarni

Kapolres Subang AKBP Sumarni

Jakarta, law-justice.co - Nama AKBP Sumarni, Kapolres Subang mencuat, dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Jalan Cagak Subang ini namanya muncul dan viral dalam beberapa waktu terakhir.

Namun nama AKBP Sumarni tidak asing lagi, dirinya lama berkarir di KPK, beberapa kasus korupsi besar pernah ditanganinya. Namun, kini dirinya mendapatkan tantangan baru untuk cepat mengungkap kasus pembunuhan tersebut.

Simak perbincangan Jurnalis Law-Justice.co Yudi Rachman dengan Kapolres Subang AKBP Sumarni berikut ini :

1. Bisa diceritakan apa yang membuat Anda ingin menjadi penegak hukum atau polisi?
Melihat sosok polisi yang gagah dan berwibawa, disegani warga, dan berharap bisa menangkap kriminal

2. Bisa ceritakan latar belakang keluarga Anda, apakah mendukung langkah Anda menjadi seorang penegak hukum dan kehidupan keluarga Anda?

Saya berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi kurang mampu. Bapak saya seorang mandor buruh di Pelabuhan Pontianak, sehingga untuk membantu mencukupi keperluan hidup, saya dulu waktu kecil berjualan kue keliling kampung, jualan es, jualan makanan bubir, nasi kuning, mie sagu dll. Sehingga sejak kecil saya sudah mandiri, mampu memenuhi keperluan sekolah saya untuk membeli buku buku pelajaran dan lainnya dari hasil jualan makanan tersebut.

Saat saya melihat spanduk pendaftaran polisi, saya memberanikan diri mendatangi kantor polisi dan menanyakan syarat syaratnya dan saya urus sendiri persyaratan tersebut tanpa ditemani orang tua saya seperti membuat KTP, SKCK dan lainnya.

Saat saya menyampaikan niat saya mendaftar polisi ke orang tua saya, mereka sedih dan tidak setuju karena merasa tidak punya uang untuk keperluan tersebut.

Namun saya meyakinkan bahwa mengikuti seleksi polisi tidak dipungut biaya, meski orang tua saya tidak percaya. Saya setiap hari latihan lari, olahraga, berenang( di sungai dekat rumah saya) untuk mempersiapkan diri. Namun karena orang-orang (tetangga saya) dulu beranggapan masuk polisi harus membayar, salah satu tetangga sebelah rumah saya sempat sedikit menghina saya "Udah lah ndak usah kayak orang gila, pengen jadi polisi, kau tak akan lulus. Orang berduit aja tak lulus apalagi kamu yang keluarga orang gak punya".


Kapolres Subang AKBP Sumarni

Saya hanya terdiam mendengar hinaan tersebut namun saya tetap meyakini bahwa Allah akan mengabulkan doa saya. Saya puasa senin kamis, sholat wajib dan sunat tdk pernah putus dan minta doa ke org tua saya. Singkat cerita akhirnya saya terpilih sebagai salah satu dari 4 perempuan yang terpilih dikirim dari Polda Kalbar ke pusat ( Sepolwan ) untuk tes akhir dan alhamdulillah dinyatakan lulus.

Orang tua saya masih tak percaya melihat saya lulus tanpa biaya seperak pun. Sejak awal sudah saya sampaikan bahwa masuk polisi tidak dipungut biaya, dan saya membuktikannya.

Selama 11 bulan menjalani pendidikan Seba PK Polwan XX dan 5 januari 1997 saya lulus terbaik di bidang akademik dari 325 siswa sehingga mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi program D3 PTIK Polwan.

Tahun 1998 saya mengikuti pendidikan D3 PTIK polwan dan lulus terbaik (mendapat penghargaan Wiyata Cendikia) tahun 2001 dan saat itu angkatan kami lulus langsung dilantik menjadi Perwira.

3. Soal pengalaman di KPK bisa berbagi, apa saja pengalaman yang didapat selama berkarir di KPK?

Tahun 2007- 2008, saya kembali mengikuti pendidikan S1 PTIK dan saat menjelang kelulusan dari Biro SDM KPK datang ke PTIK untuk sosialisasi bahwa KPK memerlukan penyidik p3nyidik muda dan mengajak kami untuk bisa bergabung.

Setelah melewati serangkaian test, akhirnya saya lulus dan ditugaskan sebagai Penyidik KPK periode 2008 sd 2012. Pengalaman dalam penanganan tindak pidana khususnya korupsi sangat banyak diperoleh karena di KPK yang mempunyai berbagai kelebihan dibanding aparat penegak hukum konvensional lain, kami bisa lebih mudah dalam penanganan perkara.

Kasus-kasus besar yang melibatkan pejabat pusat pernah ditangani, termasuk melakukan beberapa kali OTT.


5. Anda juga pernah membuat buku ketika bertugas di Kalimantan, bisa ceritakan buku apa dn apa latar belakang ibu menulis buku soal antikorupsi tersebut?

Saya kagum dengan senior, pejabat dan komandan yang selalu mengarahkan anggotanya untuk bekerja di jalan yang lurus, memberikan manfaat untuk masyarakat, tidak menyakiti masyarakat, tidak melakukan penyimpangan dalam penanganan perkara sehingga apa yang dilakukan oleh atasan saya saat itu, saya tulis di buku Salam Zero, berharap banyak perwira perwira muda bisa belajar dan mencontoh leadership yang baik dari pimpinan pimpinan yang baik.

6. Anda juga disebut perwira non Akpol yang karirnya terus meningkat, apa tanggapan Anda soal dikotomi Akpol dan Non Akpol?
Saya memang bukan lulusan Akpol, namun saya bersyukur bisa mengikuti pendidikan di kepolisian yang mengantarkan saya sampai dengan posisi saat ini. Saya tidak punya angan angan terlalu tinggi.

Saya hanya ingin bermanfaat untuk masyarakat terutama saya ingin bisa membantu orang-orang yang mengalami kesulitan, karena dulu saat saya dan keluarga mengalami kesulitan hidup jarang orang memberikan bantuan.

Saya tidak terlalu memikirkan asal atau sumber kelulusan perwira polisi, namun bagi saya yang paling penting adalah apakah seorg perwira tersebut bermanfaat atau tidak untuk masyarakat, mampu melayani masyarakat dengan baik, menjalankan tupoksi sebaik baiknya dan menjaga kehormatan institusi Kepolisian dengan baik.

7. Selama bertugas di wilayah Subang, Anda mendapatkan tantangan baru karena baru beberapa hari menjabat sudah terjadi kasus pembunuhan ibu dan anak, apa tanggapan Anda?

Penanganan kasus pembunuhan Subang sudah dilakukan sesuai prosedur dan kami juga sudah diback up dr ahli maupun Satuan atas. Penyidik Polres Subang belum menemukan persesuaian alat bukti yang sudah diperoleh sehingga masih memerlukan waktu untuk mengungkap kasus ini.

Di bulan Nop 2021 kasus ini sudah diambil alih oleh Dit krimum Polda Jabar dan saya tetap optimis kasus ini bisa diungkap meskipun memerlukan waktu yang cukup panjang.

Langkah dan Perkembangan penanganan kasus tidak bisa kami blow up ke media karena belum terungkap. Komentar netizen kami jadikan motivasi untuk bisa segera mengungkap kasus ini.

8. Selain program Presisi, bagaimana pendekatan Anda dan pejabat di Polres Subang agar polisi semakin dekat di masyarakat?

Intinya saya berharap jajaran saya bisa bekerja dengan integritas yang tinggi, memberikan pelayanan prima ke masyarakat, mampu memberikan perlindungan, menjadi penolong dalam kesulitan yang dihadapi masyarakat. Dan saya selalu menekankan ke jajaran saya untuk tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dan melanggar etika kepolisian.

Saya berharap simpel saja polisi bisa melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya dan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah di tempat penugasannya maupun untuk Indonesia pada umumnya.

Saya sering keluar masuk ke sekolah sekolah, Ponpes Ponpes untuk menceritakan ini karena saya berharap anak anak muda tidak ada yang pesimis dengan kondisi kehidupan yang dialami saat ini, jika kita berdoa, berjuang insya Allah kita juga bisa menjadi manusia yang membawa manfaat untuk orang lain.

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar