Nasib Ganjar, `Anak Tiri` yang Tak Diajak Lagi di Acara Partai Sendiri

Minggu, 15/05/2022 09:24 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri dan Ganjar Pranowo (MI)

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri dan Ganjar Pranowo (MI)

Jakarta, law-justice.co - Hingga saat ini, polemik internal PDI Perjuangan (PDIP) masih terus menjadi sorotan.

Apalagi setelah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo tidak menghadiri acara halalbihalal DPD PDI-P Jawa Tengah, Sabtu (7/5/2022) lalu.

Rupanya, Ganjar tifsk hadir bukan hanya karena dia tidak sedang berada di Jawa Tengah ketika acara berlangsung, tetapi juga karena tidak diundang.

Oleh publik, dinamika ini lagi-lagi dinilai sebagai bentuk rivalitas internal PDI-P antara Ganjar dan Puan Maharani menuju Pemilihan Presiden 2024. Sebab, bukan hanya sekali ini Ganjar tak diikutsertakan dalam acara partai.

Kendati memiliki elektabilitas tinggi dan digadang-gadang menjadi calon presiden di 2024, Ganjar seolah menjadi anak tiri di partainya sendiri.

Tak diundang

Sedianya acara halalbihalal DPD PDI-P Jawa Tengah digelar di Panti Marhaen, Kota Semarang, Sabtu (7/5/2022).

Ketua DPC PDI-P Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, Ganjar memang tak diundang dalam acara tersebut. Halalbihalal ini hanya melibatkan kepala daerah dan struktur partai di tingkat kabupaten/kota di Jawa Tengah.

"Menurut informasi kan tidak diundang, kan sudah jelas kok bunyinya (dalam undangan), halalbihalal, Ketua Sekretaris DPC, Ketua DPRD dan Bupati Wali Kota, Wakil Bupati Wakil Wali Kota, Kota Kabupaten. Ya sudah memang tidak diundang," kata Rudy seperti melansir kompas.com.

Terkait banyaknya spekulasi yang beredar, Rudy membantah adanya kerenggangan di internal partainya.

Menurut dia, ketidakhadiran Ganjar dalam acara tersebut bukan menjadi soal.

"Enggak-enggak, itu tidak ada kerenggangan dan sebagainya itu tidak," ujarnya.

Rudy sendiri juga mengaku tak hadir dalam acara tersebut karena sudah ada agenda lainnya.

Oleh karenanya, Rudy tak ingin absennya dalam acara halalbihalal ini dikaitkan dengan isu-isu lain.

"Saya mohon izin, bukan karena Pak Ganjar tidak hadir, namun karena memang izin tidak hadir," kata Rudy.

Ganjar sendiri telah angkat bicara terkait ini. Ketika acara halalbihalal berlangsung, dia mengaku tengah berada di Makassar, Sulawesi Selatan, untuk menghadiri acara resepsi pernikahan.

Berdasar informasi yang Ganjar dapat, acara halalbihalal tersebut juga membahas strategi pemenangan partai di kabupaten-kota di Jateng.

“Kemarin kan acaranya, kata teman-teman, banyak (membahas) strategi pemenangan dari kabupaten-kota,” katanya.

Tak hanya sekali

Tidak diundangnya Ganjar dalam acara internal PDI-P bukan sekali ini saja terjadi.

Pada Mei 2021 lalu, Ganjar tak diundang dalam sebuah acara rangkaian HUT PDI-P ke-48 yang digelar di Panti Marhaen Semarang.

Padahal, acara digelar secara daring dan luring. Acara tersebut dihadiri oleh Puan Maharani selaku Ketua DPP PDI-P.

Dalam susunan acara tertulis bahwa seluruh kepala dan wakil kepala daerah se-Jawa Tengah diundang, kecuali Ganjar.

Kala itu, Ganjar pun mengakui bahwa dirinya tidak datang di acara partainya karena tidak diundang.

"Saya tidak diundang (acara PDI-P)," kata Ganjar lewat pesan singkat, Minggu (23/5/2021).

Terkait ini, Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah Bambang Wuryanto mengatakan bahwa tidak diundangnya Ganjar di acara HUT PDI-P adalah karena Gubernur Jawa Tengah itu dinilai berambisi maju dalam Pilpres 2024.

"Tidak diundang! (Ganjar) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, ojo keminter (Kalau kamu pintar, jangan sok merasa pintar)," kata Bambang, Sabtu (22/5/2021).

Pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu juga mengaku telah memberi kode teguran kepada Ganjar, namun dia merasa tidak digubris.

"Wis tak kode sik, kok soyo mblandang, ya tak rodo atos (Sudah saya kode lebih dulu, kok makin keterlaluan, ya saya makin keras). Saya di-bully di medsos, ya bully saja. Saya tidak perlu jaga image saya," katanya.

"Anak tiri"

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai bahwa tidak diundangnya Ganjar di acara PDI-P merupakan lanjutan dari dinamika internal partai berlambang banteng itu terkait pencalonan presiden 2024.

Sebagaimana diketahui, nama Ganjar sering disebut-sebut bersaing dengan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani.

Hasil survei berbagai lembaga menyebutkan, Ganjar memiliki elektabilitas tinggi melebihi 20 persen, umumnya bersaing dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowi Subianto. Sementara, elektabilitas Puan berkisar di angka 1 persen.

Namun demikian, Puan merupakan putri dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sekaligus putri mahkota partai.

Oleh karenanya, keduanya disebut-sebut bersaing ketat untuk mendapat tiket menuju Pilpres 2024.

"Tidak diundangnya Ganjar bukanlah untuk pertama kali, tapi sudah beberapa kali. Itu bagian dari persaingan di internal PDI-P, persaingan soal pencapresan dengan Puan," kata Ujang kepada Kompas.com, Sabtu (14/5/2022).

Melihat persaingan ini, menurut Ujang, bisa jadi Ganjar sengaja "dikunci" dan dikucilkan oleh partai. Ini salah satunya nampak dari tidak dilibatkannya Ganjar pada sejumlah acara partai, seolah Ganjar menjadi "anak tiri".

"Mungkin saja tidak diundangnya Ganjar untuk yang kesekian kalinya itu merupakan bentuk penganaktirian oleh PDI-P," ujarnya.

Persaingan antara dua kader PDI-P ini tidak hanya terlihat dari tidak dikucilkannya Ganjar di acara-acara partai, tetapi juga sindiran-sindiran Puan.

Dalam acara rangkaian HUT PDI-P ke-48 yang digelar di Semarang, Mei 2021 lalu misalnya, Puan mengatakan, sosok pemimpin yang layak menjadi capres ialah orang yang bekerja di lapangan, bukan di media sosial.

Pernyataan Puan pun dianggap ditujukan untuk Ganjar, lantaran Ganjar kerap kali menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan masyarakat, baik melalui Twitter, Instagram, maupun YouTube.

“Pemimpin menurut saya, itu adalah pemimpin yang memang ada di lapangan dan bukan di socmed (social media/media sosial),” kata Puan kala itu, Sabtu (22/5/2021).

Sindiran terkait pemimpin yang hanya tampil di medsos juga disampaikan Puan baru-baru ini. Dia menyinggung sosok yang gemar tampil di media sosial, tapi faktanya tidak bisa bekerja.

Meski tak menyebut siapa yang dimaksud, Puan meminta kader PDI-P selektif dalam memilih calon presiden dan tak memilih sosok yang hanya gemar tampil di medsos.

“Terkadang-kadang itu kita suka yoweslah (yasudahlah) dia saja asal ganteng, dia saja yang dipilih asal bukan perempuan, dia saja walau tidak bisa apa-apa yang penting kalau di sosmed dan tv nyenengin. Tetapi tidak bisa kerja dan nyenengin rakyat. Mau enggak kayak itu,” kata Puan di depan ribuan kader PDI-P Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Selasa (26/4/2022).

"Serangan" Puan itu lagi-lagi diduga dialamatkan untuk Ganjar. Sebab, pada kesempatan yang sama, ia juga menyinggung tentang survei elektabilitas calon presiden.

Puan meminta kader PDI-P tak terpengaruh survei berbagai lembaga. Belakangan, semakin banyak survei yang menyebut sejumlah sosok punya elektabilitas tinggi dan potensial menjadi calon presiden.

Survei juga memetakan nama-nama tokoh yang elektabilitasnya masih rendah sehingga diprediksi sulit memenangkan pilpres.

Menurut Puan, survei itu bisa jadi benar. Namun, PDI-P punya jaringan dan perangkat yang tidak diperhitungkan oleh survei.

“Sekarang ini kan banyak survei dan mengatakan yang tinggi (elektabilitasnya) si ABCDE. Yang tidak naik DEF dan tidak bisa maju 123," kata Puan.

"Survei itu betul karena jadi salah satu hal yang dipertimbangkan, tetapi kita PDI-P punya jaringan dan perangkat kadangkala tidak masuk dalam survei. Jangan terpengaruh dalam survei,” tuturnya.

Melihat rangkaian dinamika dan sindiran-sindiran Ketua DPR RI itu, Ujang yakin hawa rivalitas antara Puan dan Ganjar memang mengalami eskalasi.

Meski punya modal besar untuk melenggang ke pencalonan kursi R1, "kapal" Ganjar tak sekuat Puan yang merupakan putri pemilik kekuasaan tertinggi PDI-P.

"Kita tahu, pemilik saham PDI-P dan `golden woman` PDI-P. Sedangkan Ganjar dianggap sebagai petugas partai saja," kata Ujang.

Melihat dinamika yang terjadi beberapa waktu belakangan, Ujang yakin ke depan hal-hal serupa masih akan terjadi di internal PDI-P.

"Karena bagi PDI-P, Ganjar tak taat asa, karena dianggap melawan Puan," tuturnya.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar