Ternyata Jabatan Ngabalin di Level Deputi, Refly Harun: Jokowi Kejam!

Selasa, 14/09/2021 17:45 WIB
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun (Foto: Instagram)

Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun (Foto: Instagram)

Jakarta, law-justice.co - Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun ikut menyoroti soal Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin yang selalu membela mati-matian terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Refly mengatakan bahwa jabatan Ngabalin hanyalah sebagai tenaga ahli kedeputian yakni sebagai Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP).

Dengan demikian, mantan komisaris utama Pelindo I menerangkan, jabatan tersebut tidak terlalu penting di kursi pemerintahan.

“Ngabalin ini jabatannya hanyalah tenaga ahli kedeputian. Dan ternyata jabatan Ngabalin setelah pasang badan sana sini hanyalah tenaga ahli kedeputian, bahkan deputi saja tidak apalagi jabatannya sekelas menteri," kata Refly di Youtubenya yang dikutip pada Selasa (14/9/2021).

Menurutnya, Jokowi kejam terhadap Ngabalin karena hanya memberikan jabatan di level tersebut.

Padahal, ia menilai Ngabalin telah banyak berkorban dengan berbagai cara. Termasuk, menyerang lawan politik Istana di berbagai media.

“Termasuk kejam juga Presiden Jokowi, orang sudah berkorban, nempel banyak orang, sudah diserang kiri kanan tapi jabatannya ya rendah-rendah saja bukan jabatan yang tinggi. Bukan di bawah presiden, bukan di bawah menteri, tapi di bawah deputi,” ucapnya.

Sementara itu, Ngabalin justru disebut mengalami gangguan kejiwaan ketika dirinya mengatakan setiap orang yang mengkritik atau menyerang Presiden Jokowi sebagai orang yang sakit hati.

“Tapi memang dalam banyak kesempatan, Ngabalin selalu mengatakan bahwa kita, orang yang menyerang Presiden Jokowi itu adalah orang yang sakit hatinya mendalam,” ujarnya.

“Justru ketika orang menyebutkan itu terus-menerus, malah jangan-jangan sebaliknya, problem psikologinya di dia karena dia merasa ‘Kok saya ini sudah pasang badan tapi kok tidak diberikan jabatan yang tinggi?” tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan tidak selamanya jabatan dapat membahagiakan orang yang menerimanya.

“Jangan salah, makin kita mendapatkan fasilitas jabatan, maka kita akan membandingkan dengan rekan-rekan kerja kita di samping-samping kiri kanan. Jadi kita tidak punya jabatan malah jadi lebih bagus,” pungkasnya.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar