Malaysia Lockdown Total, Epidemiolog: Alarm Bagi Indonesia!

Sabtu, 05/06/2021 21:50 WIB
Malaysia berlakukan darurat corona (CNN)

Malaysia berlakukan darurat corona (CNN)

Jakarta, law-justice.co - Malaysia melakukan penguncian nasional secara total (full lockdown) untuk semua sektor sosial dan ekonomi mulai Selasa (1/6/2021) hingga 14 Juni 2021. Ini dilakukan setelah negara itu mencatatkan lebih dari 8 ribu kasus infeksi Covid-19 harian


Pengumuman terkait hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin pada Jumat (28/5/2021) lalu. "Hanya sektor ekonomi dan jasa penting yang akan diizinkan untuk beroperasi," kata Muhyiddin, dikutip dari Straits Times.


Bagi beberapa analis, lockdown yang berlaku di Malaysia ini juga menjadi peringatan penting bagi Indonesia yang merupakan tetangga langsung dari negara itu. Bahkan RI diminta waspada.

"Lockdown Malaysia menjadi sebuah alarm jelas bagi Indonesia karena sebenarnya situasi Indonesia jauh lebih serius dibanding Malaysia," ujar ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman, saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Senin (31/5/2021).

Dicky menjabarkan ada beberapa hal yang melandasi argumen mengapa kondisi Covid-19 di Indonesia lebih serius. Pertama yakni mengenai pelaporan angka kematian.

"Di tengah minimnya 3T (testing, tracing,treatment) dan sistem pelaporan kita, angka kematian Indonesia jauh lebih tinggi dari Malaysia," ujarnya melalui dikutip dari CNBC, Sabtu (5/6/2021)

Kedua yakni jumlah testing yang dilakukan. Malaysia dapat melaporkan angka yang cukup besar dari hasil testing dengan rasio 3 per 1000.

"Jumlah tes yg dilakukan di Malaysia per 1000 populasi tiga kali lebih tinggi dari Indonesia," pungkasnya.


Ketiga yakni laju vaksinasi, di mana Malaysia sudah paling tidak memberi satu dosis vaksin kepada 0,2% per 100 orang dalam seminggu. Indonesia hanya memberi 0,15% per 100 orang per minggu.

Keempat yakni positivity rate, di mana Malaysia hingga saat ini stabil di angka 6% dan masih di bawah Indonesia yang mencapai 10%. "Test positivity rate Malaysia secara stabil jauh lebih baik dari Indonesia, yang artinya secara pengendalian juga jauh lebih baik."

Lebih lanjut ia juga memaparkan mengenai respon yang seharusnya dilakukan Indonesia untuk mengekang infeksi lanjutan. Apalagi di Indonesia baru saja terjadi arus mudik lebaran 2021 yang dikhawatirkan dapat memperlebar infeksi.

Ada delapan cara yakni:

1. Respon kuat, cepat, dan terukur. Setiap level & sektor pemerintahan harus siap dengan skenario terburuk.

2. Pembangunan strategi komunikasi resiko dan penjagaan kualitasnya untuk membangun persepsi resiko yang sama bagi semua pihak.

3. Penguatan surveilans: faskes, komunitas, dan Genom,

4. Program deteksi kasus secara aktif di masyarakat atau community outreach.

5. Penguatan sistem rujukan pelayanan faskes, alkes, dan SDM.

6. Akselerasi vaksinasi terhadap lansia dan komorbid.

7. Literasi kenormalan baru yang mendukung 5M dengan melibatkan pemberdayaan publik.

8. Penyiapan Opsi PSBB Jawa Bali dan luar Jawa terpilih

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar