IMF Ingin Akhiri Pandemi, Luncurkan Program Pinjaman Vaksinasi US$50 M

Sabtu, 22/05/2021 21:45 WIB
IMF. (CNBC)

IMF. (CNBC)

Jakarta, law-justice.co - Dana Moneter Internasional (IMF) meluncurkan proposal senilai US$50 miliar guna mengakhiri pandemi Covid-19 melalui program vaksinasi setidaknya 40 persen penduduk di seluruh negara hingga akhir 2021, dan setidaknya 60 persen populasi hingga paruh pertama 2022.

IMF menilai, dengan kegiatan itu, akan bisa mendorong kembali aktivitas ekonomi yang lebih cepat dan menyuntikkan setara US$9 triliun pada ekonomi global pada 2025. Meski begitu, program ini juga memungkinkan negara-negara kaya menjadi yang paling diuntungkan.

IMF menyebut pandemi telah membunuh lebih dari 3,5 juta orang di seluruh dunia, dan proyeksi menunjukkan peluang kesehatan yang tak setara hingga 2022 dan bisa menimbulkan "risiko parah" bagi dunia, termasuk peningkatan peluang kerusuhan sosial dan ketegangan geopolitik.

Mereka juga menyebut di seluruh Afrika, hanya dua persen dari populasi di benua itu yang sudah divaksinasi. Ini berbeda jauh dari capaian Amerika Serikat yang sudah 40 persen dan Eropa sebesar 30 persen.

IMF menilai, banyak negara miskin tidak akan mencapai populasi tervaksinasi yang besar hingga 2023 kecuali ada tindakan cepat.

Managing Director IMF, Kristalina Georgieva mengatakan pada pertemuan yang diadakan Komisi Eropa dan Kelompok 20 negara ekonomi utama, bahwa masuk akal bagi negara-negara kaya untuk meningkatkan donasi guna memastikan pandemi berakhir lebih cepat.

"Negara-negara ekonomi maju - diminta untuk berkontribusi paling banyak untuk upaya ini - kemungkinan akan melihat laba atas investasi publik tertinggi dalam sejarah modern, menangkap 40 persen dari keuntungan PDB dan sekitar U$1 triliun pendapatan pajak tambahan," kata Georgieva.

Proposal yang dirancang oleh kepala ekonom IMF Gita Gopinath dan staf ekonom Ruchir Agarwal, didasarkan pada upaya yang dilakukan leh Accelerator Access to Covid-19 Tools (ACT), Perserikatan Bangsa-Bangsa, WHO, dan lembaga lainnya.

Implementasi rencana tersebut akan memakan biaya sekitar US$50 miliar, dengan US$35 miliar melalui hibah negara-negara kaya, donor swasta, dan multilateral. Sedangkan US$15 miliar sisanya didanai oleh pemerintah nasional dengan menggunakan pembiayaan rendah atau tanpa bunga yang tersedia dari pembangunan multilateral bank.

IMF menyebut negara-negara G20 menyadari perlu sekitar US$22 miliar dalam bentuk hibah untuk mengatasi krisis kesehatan ini. Namun masih perlu US$13 miliar hibah tambahan guna mencapai US$50 miliar.

Gopinath mengatakan kepada media bahwa Georgieva telah membahas proposal itu dengan para pemimpin negara maju G7 dan G20. Ia juga menyebut Georgieva optimis negara-negara itu akan mendukung rencana itu namun masih terlalu dini untuk memastikannya.

"Jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu besar, alasannya karena banyak investasi yang sudah dilakukan," kata Gopinath.

Rencana itu meminta pembiayaan di awal, donasi vaksin, dan kebijakan untuk memastikan keleluasaan arus lintas batas atas bahan mentah dan vaksin jadi. Selain itu, juga investasi sekitar US$8 miliar untuk mendiversifikasi dan meningkatkan kapasitas produksi vaksin di seluruh dunia.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar