Ditemukan 6 Kasus Pembekuan Darah, AS Hentikan Penggunaan Vaksin J&J

Rabu, 14/04/2021 15:40 WIB
Vaksin Covid-19 Jhonson&Jhonson (Bisnis)

Vaksin Covid-19 Jhonson&Jhonson (Bisnis)

law-justice.co - Pada Selasa, badan kesehatan federal Amerika Serikat merekomendasikan penghentian sementara penggunaan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson selama beberapa hari setelah enam perempuan berusia di bawah 50 tahun mengalami penggumpalan atau pembekuan darah setelah divaksinasi.

Johnson & Johnson menyampaikan pihaknya akan menunda pengiriman vaksin ke Eropa, sepekan setelah regulator di sana menyampaikan sedang mengkaji kasus penggumpalan darah yang langka pada empat penerima vaksin di AS. Afrika Selatan juga menunda penggunaan vaksin ini.

Dilansir Reuters, Rabu (14/4/2021), penjabat Komisioner Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA), Janet Woodcock menyampaikan pihaknya diperkirakan menghentikan penggunaan vaksin ini selama beberapa hari dan akan menyiapkan informasi kepada penyedia jasa kesehatan bagaimana mendiagnosis dan mengatasi penggumpalan darah.

Langkah ini dilaksanakan setelah regulator Eropa menyampaikan awal bulan ini mereka menemukan kemungkinan keterkaitan antara vaksin Covid-19 AstraZeneca dan masalah penggumpalan darah yang langka yang menyebabkan beberapa kematian.

Pejabat FDA, Peter Marks menyampaikan sangat jelas kasus Johnson & Johnson sangat mirip dengan AstraZeneca. Dia menyampaikan, tidak ada kasus penggumpalan darah yang sama yang dilaporkan di antara penerima vaksin Moderna atau Pfizer/BioNTec, yang menggunakan teknologi berbeda dan digunakan meluas di AS.

Tetapi dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson dan vaksin murah AstraZeneca dipandang sebagai senjata penting untuk melawan pandemi, yang telah menewaskan lebih dari 3 juta orang.

Menurut pakar imunologi, risiko efek samping vaksin Johnson & Johnson nampaknya sangat rendah.

“Bahkan jika penyebabnya dikaitkan dengan vaksin: enam kasus dalam sekitar 7 juta dosis, bukan sesuatu yang perlu membuat panik,” ujar Dr Amesh Adalja, pakar penyakit menular di Johns Hopkins Center for Health Security di Baltimore, melalui surel, menggarisbawahi bahwa risiko tampaknya lebih rendah daripada penggumpalan darah karena kontrasepsi oral.

Dia khawatir penghentian ini bisa meningkatkan keraguan masyarakat untuk divaksinasi.

Satu kasus kematian

FDA menyampaikan ada satu laporan kematian akibat penggumpalan darah yang langka di antara para penerima vaksin Johnson & Johnson, sementara yang lainnya dalam kondisi kritis.

Komite penasihat Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) akan bertemu hari ini untuk mengkaji kasus penggumpalan darah ini dan akan menentukan rekomendasi penggunaan vaksin ini di masa yang akan datang. FDA kemudian akan mengkaji analisis tersebut.

Keenam kasus melibatkan perempuan berusia antara 18 dan 48 tahun, dengan gejala yang muncul enam hingga 13 hari setelah vaksinasi. FDA mengatakan pasien harus memperhatikan gejala hingga tiga minggu termasuk sakit kepala parah, sakit perut, sakit kaki atau sesak napas.

Johnson & Johnson menyampaikan, pihaknya bekerja sama dengan regulator dan menyatakan tidak ada hubungan sebab akibat yang jelas antara pembekuan darah dan vaksinnya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar