Gara-gara Mobil Listrik, Luhut Sebut Jepang Marah ke Indonesia

Jum'at, 19/03/2021 19:49 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan sebut Jepang marah ke Indonesia gara-gara mobil listrik (Jawa pos)

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan sebut Jepang marah ke Indonesia gara-gara mobil listrik (Jawa pos)

law-justice.co - Langkah pemerintah Indonesia untuk membangun indutri kendaraan listrik tak diterima oleh Pemerintah Jepang. Menurut Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, Jepang bahkan sampai marah ke Indonesia.

Kemarahan Jepang bukan tanpa dasar. Sebab, negara ini menjadi produsen terbesar untuk kendaraan konvensional yang memakai bahan bakar minyak.

Ada pun bukti pemerintah lebih pro mobil listrik daripada konvensional adalah saat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengusulkan kenaikan tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan listrik bertipe hybrid. Di mana tarif awal direncanakan 0% menjadi 5%. Sedangkan mobil listrik murni sudah 0%.

Ternyata, hal ini sejak awal sudah tak disukai oleh investor Jepang yang sejak awal sudah berinvestasi triliunan rupiah dalam teknologi mobil konvensional. Investor Jepang menginginkan Indonesia tak langsung melompat ke mobil listrik tapi bertahap ke teknologi hybrid. Hal ini diungkapkan oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu.

"Jepang marah pada kita. Mereka bertanya mengapa kami tidak mempertimbangkan untuk mengembangkan mobil hybrid terlebih dahulu," dalam diskusi dengan Ikatan Alumni ITB Sumatera Utara di akun youtube resminya, September 2020 lalu.

Negara Asia Timur itu khawatir proyek ini bakal mengganggu bisnis otomotifnya yang sudah terbangun selama puluhan tahun di Indonesia. Kemarahan itu memancing tudingan kepada Luhut yang terlalu dekat dengan China. Pasalnya, proyek pembangunan baterai Lithium menyertakan perusahaan asal China yakni CATL.

"Dan saya dituduh pro-China, saya bilang urusan apa pro-China. Mengapa kita harus hibrida sementara kita bisa langsung mengembangkan kendaraan listrik?"

Keyakinan Luhut untuk mengembangkan mobil listrik karena Indonesia memiliki cadangan besar dalam sumber daya alam. Indonesia kaya akan kandungan nikel yang merupakan komponen utama mobil listrik.

"Kuncinya adalah baterai lithium dan kami memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia. Beberapa tahun yang lalu, kami mulai mengembangkan industri hilir [untuk nikel] tetapi kami tidak dapat melakukannya sendiri. Kami tidak memiliki aplikasi teknologi lengkap jadi kami berhubungan dengan China," kata Luhut.

Meski sempat menuduh Luhut Pro China, namun pada akhirnya beberapa pabrikan Jepang ikut untuk menanamkan investasinya. Toyota berkomitmen investasi Rp28,3 triliun Mitsubishi sebesar Rp 11 triliun serta Honda dengan Rp. 5,2 triliun.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar