Salamuddin Daeng, Analis dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Soal Mobil Hidrogen: Kita Akan Terbang Seperti Awan

Kamis, 22/02/2024 06:58 WIB
Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng (Net)

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng (Net)

Jakarta, law-justice.co - Hidrogen sebenarmya bisa mengangkat kita untuk terbang seperti awan. Pada ketinggian yang sama dengan balon udara maka di ketinggian itu berat hidrogen di dalam balon udara sudah sama dengan berat hidrogen di luar balon udara.

Pertanyaan utamanya mengapa hidrogen di luar balon udara tidak terbakar malah dingin. Bisa sampai minus 30 derajat celsius.

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai cara kerja mobil hidrogen dari Bapak Darmawan Prasojo dirut PLN saya baru memahami bahwa ini bahwa mobil hidrogen adalah mobil listrik bukan mobil bernahan bakar hidrogen yang berbeda cara kerjanya 100 persen dengan mobil yang menggunakan motor bakar.

Di dalam mobil hidrogen sama sekali tidak ada pembakaran apa apa. Berbeda dengan mobil motor bakar yang membakar BBM, atau zat lain cair yang mudah terbakar.

Pebakaran yang mengasilkan letupan yang mengrakkan piston dan kemudian mengerakkan motor. Intinya di dalam mobil itu ada yang dibakar untuk menghasilkan letupan yang kuat.

Sementara mobil hidorgen tidak ada pembakaran. Hidrogen digunakan untuk menghasilkan listrik.

Bagaimana hidrogen bisa diubah menjadi listrik adalah dengan menggunakan hidrogen fuel cell yang memgubah molekul hidrogen menjadi listrik. Lalu selanjutnya listrik dialirkan ke motor listrik yang menggerakkan mobil atau kendaraan listrik.

Jadi sebenarnya ini adalah mobil listrik yang bertenaga surya yang mirip dengan mobil listrik bertenaga solar panel.

Jika solar panel sering dianggap listriknya kirang stabil, namun motor yang digerakkan dari listrik hidrogen fuel cell akan lebih dapat dijaga stabililitas arusnya karena bersumber dari tabung hidrogen.

Tadinya banyak yang mengira bahwa produksi hidrogen oleh PLN akan menjadi pesaing bagi produksi BBM pertamina, ternyata dugaan ini salah. Ini adalah dua pohon industri yang berbeda jauh. Pertamina lahir dari pohon industri motor bakar.

Pembakaran yang mengerakkan mesin dan motor. Pertamina kalau membuat SPBU hidrogen, maka hidrogen pertamina ini dikonsumsi oleh motor bakar, menggantikan minyak bumi dengan bahan bakar hidrogen. Ekosistemnya sudah tumbuh yakni ekosistem motor bakar.

Sementara PLN datang dari pohon industri yang berbeda, bukan motor bakar. Hidrogen yang dihasilkan PLN tidak untuk dibakar namun hanya dialirkan ke hidrogen fuel cell untuk menghasilakan listrik.

Motornya akan digerakkan oleh listrik, emisinya NOL, sama sekali tidak ada emisi karena tidak ada pembakaran.

Teknologi yang sedang ditawarkan PLN adalah tehnologi masa depan, memang lingkungan industrinya belum tumbuh.

Untuk memahami ini belajarlah bagaimana listrik dilangit diproduksi, sementara di langit tidak ada pembakaran, tidak ada motor bakar, tapi dari sela sela awan keluar lompatan listrik ribuan volt, 2 kali petir jika disimpan cukup untuk membangkit listrik DKI jakarta sehari semalam, kata teman saya ahli petir.

Sekarang setelah dijelaskan dengan sabar, diajak keliling melihat proses menghasilkan hidrogen, proses fuel cell diubah menjadi listrik, melihat satu satu cara kerja mobil hidrogen, di lokasi peluncuran tempat pengisian hidrogen milik PLN, saya memahami inilah masa depan, inilah tehnologi yang akan mengambil alih masa depan.

Bagaikan melihat petir, kilatan cahaya, yang menyadarkan bahwa Indonesia akan mengambil alih masa depan, mewujudkan Indoneaia emas 2045, karena kita memiliki sumber hidrogen melimpah, sumber EBT melimpah untuk menghasilkan energi zero emisi. Selamat berjuang pak Dirut PLN. Sukses selalu. Saya dapat pencerahan.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar