Isu Merger Indosat-Tri Indonesia, Saham ISAT Malah Tumbang

Selasa, 22/12/2020 11:42 WIB
Saham ISAT ambruk hari ini (Senayanpost)

Saham ISAT ambruk hari ini (Senayanpost)

Jakarta, law-justice.co - Harga saham perusahaan telekomunikasi yang dikendalikan Ooredoo QPSC asal Qatar, PT Indosat Tbk (ISAT) langsung ambruk pada perdagangan saham sesi I, pukul 10.53 WIB, Selasa ini (22/12/2020) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penurunan saham Indosat ini terjadi di tengah kabar raksasa keuangan asal Hong Kong, CK Hutchison Holdings Ltd. yang disebutkan mendekati kesepakatan dengan Ooredoo QPSC asal Qatar, berkaitan dengan rencana konsolidasi operasi telekomunikasi dua anak usaha mereka di Indonesia.

Kedua perusahaan yang dimaksud yakni operator Tri milik PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia), dan Indosat yang sahamnya dipegang 65% oleh Ooredoo.

Berdasarkan data perdagangan BEI, saham ISAT turun signifikan hingga 4% kemudian, penurunan berkurang menjadi 3,64% di level Rp 5.300/saham, dengan nilai transaksi perdagangan Rp 186,17 miliar dan volume perdagangan 33,10 juta saham.

Nilai kapitalisasi pasar saham Indosat mencapai Rp 28,94 triliun. Penurunan ini membalikkan kondisi di awal pembukaan perdagangan ketika saham ISAT langsung melesat ke level Rp 6.000, tapi kemudian ambruk ke bawah.

Sumber Bloomberg menyatakan, "CK Hutch sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk menggabungkan bisnis telekomunikasi di Indonesia dengan PT Indosat, kata sumber tersebut, dikutip Selasa (22/12/2020).

Hingga saat ini pihak Indosat belum memberikan pernyataan resmi dan konfirmasi terkait dengan kabar ini.

Berdasarkan data laporan keuangan ISAT per September 2020, pemegang saham Seri B Indosat yakni Ooredoo Asia Pte Ltd 65%, Pemerintah RI 14,29%, dan publik 20,71%.

Dengan jumlah saham Ooredoo mencapai 3.532.056.600, maka nilai saham dengan memakai harga saham terakhir Rp 5.500 milik Ooredoo senilai Rp 19.43 triliun.

"Kesepakatan akan melibatkan penawaran secara tunai dan saham," kata para sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena diskusi tersebut bersifat pribadi.

"Kedua perusahaan [Hutchison dan Ooredoo] ditetapkan untuk menjadi pemegang saham signifikan dalam entitas gabungan," kata sumber tersebut.

"Pengumuman bisa datang secepatnya minggu ini. Struktur pasti dari setiap kesepakatan potensial di Indonesia belum diselesaikan, sementara negosiasi masih bisa ditunda atau bahkan bisa batal, kata mereka.

Tahun lalu, CK Hutch juga disebutkan melakukan pendekatan awal ke Axiata Group Bhd soal potensi merger operasi telekomunikasi mereka di Indonesia.

Konglomerasi Hong Kong yang didukung oleh taipan Victor Li ini secara informal menyatakan minatnya untuk menjajaki kombinasi bisnis nirkabel lokalnya sendiri dengan PT XL Axiata, Tbk (EXCL).

Tapi pada September 2019 itu, manajemen EXCL tidak memberikan pernyataan detail. "Kami tidak bisa memberikan tanggapan mengenai informasi yang spekulatif dan di luar otoritas kami. Bila membutuhkan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Axiata Group sebagai pihak yang terkait," kata Group Head Corporate Communication XL Axiara Tri Wahyuningsih.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar