Sastrawan Besar Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia

Minggu, 19/07/2020 10:24 WIB
Sastrawan Besar Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia. (Kompas.tv)

Sastrawan Besar Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia. (Kompas.tv)

Jakarta, law-justice.co - Sastrawan besar yang juga seorang penyair senior, Sapardi Djoko Damono dikabarkan meninggal dunia.

Sapardi menghembuskan nafas terakhirnya di usia 80 tahun pada pukul 09.17 WIB, Minggu (19/7) pagi.

"Telah meninggal dunia sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pada hari ini 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB. Mohon doa. Al Fatihah," menurut informasi yang diterima law-justice, Minggu 19 Juli 2020.

Ucapan belasungkawa juga hadir dari beberapa tokoh. Diantaranya dari tokoh muda Nahdlatul Ulama, Akhmad Sahal dan Pemimpin Redaksi Tempo, Arif Zulkifli

"Sugeng tindak, Penyair `Hujan Bulan Juni` Sapardi Djoko Damono. Semoga husnul khatimah," ujar Akhmad Sahal, Pengurus Cabang Istimewa NU di Amerika, melalui akun Twitter @sahaL_AS.

"Sapardi Djoko Damono pergi meninggalkan kenanganan dan berpuluh sajak. Salah satunya:
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri..." kicau @arifz_tempo.

Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Berarti pujangga berkebangsaan Indonesia ini berpulang pada usia 80 tahun.

Sastrawan yang juga biasa disebut SDD ini dikenal melalui berbagai puisinya mengenai hal-hal sederhana tetapi penuh makna kehidupan, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Masa muda SSD dihabiskan di Surakarta, karena lulus SMP Negeri 2 Surakarta pada 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958.

Pada masa sekolah itu, SDD sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat dia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pada 1973, SDD pindah dari Semarang ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.

Sejak 1974, dia mengajar di Fakultas Sastra, sekarang Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. SDD pernah menjabat sebagai dekan FIB UI periode 1995-1999 dan menjadi guru besar.

Pada masa tersebut, SDD juga menjadi redaktur majalah Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur. SDD juga aktif mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sambil tetap menulis fiksi maupun nonfiksi.

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada 1986, SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Dia juga penerima penghargaan Achmad Bakrie pada 2003. Dia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar. Dia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar