Obituari

Mengenang Satu Tahun Kepergian Ari Malibu

Minggu, 16/06/2019 19:03 WIB
Musisi Ari Malibu meninggal ketika malam takbiran diusianya yang ke 58 tahun. Ia dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada 15 Juni 2018. (law-justice.co/Winna Wijaya)

Musisi Ari Malibu meninggal ketika malam takbiran diusianya yang ke 58 tahun. Ia dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada 15 Juni 2018. (law-justice.co/Winna Wijaya)

Jakarta, law-justice.co - Ini adalah hari di mana setahun lalu musisi Ari Malibu telah meninggalkan kita selamanya. Tepat di malam takbiran, Ari mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Kramat 128 Jakarta Pusat dalam usia 58 tahun.

Kawan karib Ari, Reda Gaudiamo, saat itu matanya masih sembap karena baru saja kehilangan rekan duet sekaligus sahabatnya. Dan tak hanya Reda yang dilanda sedih. Pun kawan, musisi, dan penikmat musikalisasi puisi, salah satunya Tika Bisono. 

"Orangnya bengal, bandel, dan nggak mau nyerah terhadap apapun kecuali ketentuan Allah Subhanahuwata`ala," kenang Tika.

Ari mengidap kanker kerongkongan. Vonis itu ia terima enam bulan silam. Di laman Facebook, Reda bercerita sakit itu bermula pada bulan puasa tahun 2017. Ketika keduanya mulai mengerjakan album ke-empat di Jogjakarta, Ari kesulitan menelan makanan. Begitu tahu penyakitnya tumor ganas, Ari mengambil pengobatan alternatif.

Selama proses terapi, Ari tetap bernyanyi. Bahkan keduanya sempat konser di IFI Jakarta pada Januari 2018. Kemudian menyelesaikan album ke-empat, album edisi khusus, dan dobel album untuk tahun depan. Semua itu kelar dalam empat hari –meski tubuh Ari kian kurus.

Hingga 15 Mei, Ari mulai dirawat di rumah sakit. Rencana operasi yang semestinya dilakukan, terhalang oleh kondisi lambungnya dan bobot tubuh yang merosot. Untuk makan saja, perutnya dilubangi untuk memasok makanan. 

Dan pada Kamis malam, Ari Malibu menyelesaikan perjalanannya dengan dikelilingi keluarga dan sahabat. Catatan kecil Reda menyebut kawannya itu; True Fighter. Dalam testimoninya di pemakaman, Reda menjuluki temannya itu si Keras Kepala. 

"Banyak hal yang dia paksakan harus berjalan, tapi sering saya tolak karena saya rasa tidak masuk akal, tapi ketika dijalani memang hasilnya sangat baik," ucap Reda pelan. 

Duet Ari-Reda mulai dikenal kala membuat proyek musikalisasi puisi. Tapi pada dekade 80-an, keduanya sudah sering tampil di Universitas Indonesia. Kebetulan Reda mahasiswi Sastra Prancis dan Ari mahasiswa Akademi Pimpinan Perusahaan. 

Namun proyek musikalisasi puisilah yang melanggengkan hubungan keduanya. Kebetulan pula cara itu dipakai oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu demi memasyarakatkan puisi melalui lagu. Sebagian besar puisi-puisi yang dinyanyikan keduanya milik Sapardi Djoko Damono. Sebuat saja Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Sajak Kecil Tentang Cinta, dan masih banyak lagi. 

Dari situ, popularitas Ari-Reda mulai terbangun dan mendapat tempat di kalangan penikmat musik. Tampilan panggung mereka yang serba sederhana seakan menyatu dengan gaya bernyanyi mereka yang juga sederhana; petikan gitar Ari dan suara Reda yang bening. 

Bagi Reda, Ari adalah musisi yang sangat menguasai instrumen. Bahkan pemahamannya atas komposisi dan alat musik terbilang jeli dan rijid. Hal itu terbukti dalam memadukan suara kala menyanyi. Sehingga tak mudah membuat Ari puas dengan mengikuti pola umum. 

"Dia sangat perfeksionis dan dia sangat keras kepala. Kalau dia sudah percaya pada sesuatu, dia sudah mau sesuatu, dia nggak akan mundur. Dia nggak akan dengarkan orang lain," tutur Reda. 

Reda pun mengenang, waktu Ari sedang sakit, keduanya sedang menggarap album di Jogjakarta. Album itu berupa antologi dari puisi milik perbagai penyair semisal Amir Hamzah, Chairil Anwar hingga Aan Mansyur. Setiap album, katanya, berisi sepuluh lagu.

"Jadi satu album itu betul-betul fresh banget. Kami membuat lagu dari puisi seorang penyair," tukasnya.

Pascapenggarapan album, Ari mulai menjalani perawatan di rumah sakit secara intens. Reda kerap menengoknya. Di rumah sakit itu pula, Reda selalu dipesan agar memastikan hasil mixing rekaman mereka di Yogyakarta. Sembari menyelipkan beberapa catatan terkait vokal dan lagu-lagu yang lain. 

Ari juga malah mendorongnya membuat album solo. Kata Ari, hal itu akan membuka ruang berduet dengan orang lain. Reda mengamini usulan kawannya itu dan baru dimulai pada Mei 2018. Sementara Ari, sudah membuat album single-nya. 

"Judul albumnya Ari, Kembali Pulang, Sayang. Itu full suara Ari, lagu juga dia yang buat. Nah, waktu dia buat itu, dia bilang, `Gue mau bikin album solo nih Red, habis itu elo musti bikin juga. Ngga enak ntar apa kata orang, dikiranya kita mau bubar`," kata Reda menirukan sahabatnya itu.

Reda belum terpikir untuk mencari pasangan lain setelah kepergian Ari. Kenyamanan duet dengan Ari selama puluhan tahun membuatnya sulit mencari pengganti.

"Soal rekan duet, saya belum punya bayangan. Susahnya dengan Ari itu saya dimanjakan. Sejak awal nyanyi, kami nggak pernah duduk terus lirik-lirikan atau memandang. Biarin nyanyi sesukanya. Kadang di tengah lagu, kami latihan, janjian ya saya suara satu dia suara dua, nanti di tengah-tengah lagu saya `ah, saya belok aja ke suara yang lain`. Dan itu tuh saya nggak nemu dengan siapapun," kenang Reda. (KBR)

(Winna Wijaya\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar