Ini Dia Strategi Biro Perjalanan di Tengah Pandemi Covid 19

Sabtu, 28/03/2020 09:58 WIB
Ilustrasi bisnis travel online (Foto: outstandingcolleges)

Ilustrasi bisnis travel online (Foto: outstandingcolleges)

Jakarta, law-justice.co - Salah satu bisnis yang terdampak cukup besar akibat pandemi covid 19 atau corona yakni biro perjalanan. Pembatalan traveling kompak dilakukan, terutama menyusul banyaknya negara dan wilayah yang menerapkan lockdown.

Sebab itu, biro-biro perjalanan merancang strategi dan siasat agar bisa kembali bangkit ketika situasi membaik setelah krisis COVID-19 berlalu.

Meski belum mengetahui kapan virus corona bisa diatasi sehingga orang bisa leluasa bepergian, biro perjalanan telah menyiapkan kampanye untuk menyambut masa depan optimistis.

"Kami belum bisa memastikan seberapa lama hingga aktivitas travel dapat berjalan dengan normal. Namun kami sudah memulai sejak dini dengan membuat kampanye #NantiKitaPegipegiLagi," kata Busyra Oryza, Corporate Communications Manager Pegipegi, dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan kampanye itu berisi pesan untuk tetap berada di dalam rumah demi mencegah penyebaran virus. Namun, ada pesan optimistis bahwa semua bisa kembali beraktivitas normal, termasuk bepergian, ketika situasi pulih.

Busyra menjelaskan, dari semua lini industri, pariwisata paling terdampak dari virus corona. Kendati demikian, dia optimistis industri pariwisata bisa bangkit karena merupakan industri terbesar dan tahan banting di dunia.

"Google dan Temasek memprediksi, pada tahun 2025 pasar industri online travel akan tumbuh menjadi 78 miliar dolar AS di Asia Tenggara."

Panorama Group juga menerapkan kampanye untuk menjaga optimisme pasar sekaligus mencari tempat menarik yang bisa dikunjungi pelanggan saat pandemi berakhir.

"Kita menyiapkan produk-produk baru dengan destinasi yang aman," jelas VP Brand Communications Panorama Group AB Sadewa.

Pulihnya industri pariwisata dari wabah penyakit butuh waktu lebih lama dibandingkan faktor lain seperti bencana alam, terorisme dan isu keamanan.

Ia menuturkan, World Travel & Tourism Council memperkirakan butuh waktu 10-35 bulan sejak wabah dimulai agar industri pariwisata kembali pulih.

Jika pandemi diprediksi berakhir pada Mei atau Juni, kemungkinan pasar industri pariwisata bisa pulih paling cepat pada akhir tahun.

Sementara itu, Senior Public Relations Executive Tiket.com Yosi Marhayati mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan beberapa rencana di masa mendatang terkait situasi COVID-19.

Namun, fokus saat ini adalah melayani kepentingan pelanggan yang banyak meminta penundaan atau pembatalan perjalanan.

"Kita berharap semua bisa kembali normal secepatnya," kata Yosi. (Antara/Bisnis Indonesia)

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar