Sri Mulyani Heran, Ekonomi Indonesia Alami Kelainan

Jum'at, 07/02/2020 14:53 WIB
 Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

Jakarta, law-justice.co - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku heran dengan kelainan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang Tahun 2019. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami anomali karena berbeda dengan neagra-negara lainnya di dunia. Namun, untungnya anomali itu ke arah yang positif.

Anomali yang dimaksud Sri Mulyania dalah bahwa di tengah kondisi ekonomi global yang sedang lesu, Indonesia justru mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya di kisaran 5 persen. Badan Pusat Stastistik (BPS) mencatat ekonomi dalam negeri tumbuh 5,02 persen pada sepanjang 2019 kemarin.

Realisasi pertumbuhan itu melambat dibandingkan 2018 yang masih bisa 5,17 persen.

"Cerita atau kisah dari Indonesia ini adalah anomali dari gambaran global. Karena, pertumbuhan ekonomi kita mencatatkan angka 5 persen. Ini historis bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri," katanya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang sektor konsumsi dalam negeri. Karenanya, ia menyatakan pemerintah akan mempertahankan dan melanjutkan kebijakan yang mendorong konsumsi sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.

"Kebijakan yang perlu dipertahankan adalah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang mendukung pada penciptaan lapangan kerja dan menuntaskan kemiskinan,"tambahnya.

Sementara itu, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi global cenderung lesu sepanjang 2019, salah satu pemicunya, perang dagang.

Sebelumnya, beberapa lembaga keuangan internasional merevisi turun pertumbuhan ekonomi global. Sebut saja, Bank Dunia (World Bank) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia hingga 0,3 persen pada 2019.

Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan menyentuh 2,9 persen. Namun, laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2019 memotong pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,6 persen. Sri Mulyani menyebut banyak negara `kehabisan amunisi` dan kekurangan strategi dalam menghadapi pelemahan ekonomi global.

Kondisi tersebut terefleksi dari kebijakan negara yang kurang akomodatif terhadap kondisi pelemahan ekonomi global.

"Pada 2019, menciptakan pertumbuhan paling lemah salah satunya karena negara kehabisan strategi dalam menghadapi pelemahan ekonomi global dan ini mengkhawatirkan," tandasnya.(cnnindoneisa)

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar