Orang Yang Selamat Dari Peristiwa Bom Nagasaki dan Hiroshima

Sabtu, 07/12/2019 21:00 WIB
Ilustrasi (Kompas)

Ilustrasi (Kompas)

law-justice.co - Setiap tanggal 6 dan 9 Agustus, masyarakat dunia mengenang kembali peristiwa serangan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Dalam beberapa lembar hitam putih bersejarah, tersirat jelas kemurkaan dan kebakaran yang tersisa.

6 Agustus 1945, pukul 8.15 pagi waktu setempat, sebuah bom atom dengan kode “Little Boy” meledak di 1.900 kaki di atas Hiroshima, Jepang. Kendati belum dihitung pasti, ledakan itu disinyalir menewaskan sekitar 70.000 warga Jepang.

Melansir dari Situs Male, Berbagai dampak ledakan, seperti komplikasi dari paparan radiasi, telah menelan ribuan nyawa yang tidak teridentifikasi lagi. Bom atom Hiroshima menandai pertama kalinya sebuah senjata nuklir dipakai melawan suatu pihak secara sungguh-sungguh.

Tiga hari kemudian, tepatnya 9 Agustus 1945, bom atom kedua yang disebut “Fat Man” menyerang Nagasaki pada pukul 11.02. Jumlah korban mencapai 80.000 orang. Topografi kota (melingkup lembah dan saluran pemadam kebakaran) sedikit mengurangi dampak bom.

160 orang diperkirakan selamat dari kedua ledakan tersebut, kendati hanya satu yang secara resmi diakui oleh pemerintah Jepang. Beberapa hari kemudian, Jepang menyerah kepada sekutu, menjadi penanda berakhirnya Perang Dunia II.

Pemilik Sembilan Nyawa
Tsutomu Yamaguchi, karyawan Mitsubishi Heavy Industries perancang kapal tanker minyak, telah bertugas selama tiga bulan di Hiroshima. Tepat pada tanggal 6 Agustus 1945, ia berencana kembali ke rumahnya di Nagasaki.

Pukul 8.15, Yamaguchi menyaksikan pesawat pengebom mengudara di atas kota. Sesaat kemudian ia merasakan sinar menyilaukan diiringi suara, angin, dan juga udara panas menghantam dan membuatnya terlempar ke ladang kentang.

Berada sekitar tiga kilometer dari pusat ledakan bom atom, Yamaguchi mengalami kebutaan sementara, luka bakar di tubuh bagian atas, serta kebocoran gendang telinga.

Usai bermalam di sebuah tempat perlindungan bersama rekan-rekannya, ia pergi menuju stasiun, berenang melewati sungai penuh korban bom, dan melaju dengan kereta menuju Nagasaki.

Sesampainya di sana, ia pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. 9 Agustus, ia pun kembali bekerja dan sedang berbincang dengan atasan yang tak percaya mengenai keadaan yang dialaminya, saat ia mendengar sirine meraung.

Sekali lagi, Yamaguchi menyaksikan sinar yang membutakan matanya, dan langsung bertiarap. Ia tak mengalami luka fisik tambahan dari ledakan ini. “Saya mengira awan jamur itu mengikuti saya dari Hiroshima,” katanya kepada harian The Independent.

Walau dua kali terpapar radiasi nuklir dan membuat pendengaran pada telinga kirinya terganggu, dua anak Yamaguchi yang lahir pasca kejadian itu hidup sehat.

Ia menghabiskan sisa hidupnya dengan berkampanye di PBB perihal pelucutan senjata nuklir di seluruh negara. 4 Januari 2010, Yamaguchi meninggal dunia di Nagasaki, Jepang di usia 93 tahun.

(Hidayat G\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar