Menko Luhut Akui Ekonomi Indonesia Bisa Turun di Bawah 5 Persen

Kamis, 17/10/2019 13:13 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (PublikSatu.com)

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (PublikSatu.com)

Jakarta, law-justice.co - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengakui ekonomi Indonesia bisa turun di bawah 5 persen pada 2019.

Pengakuan diberikan sejalan dengan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2019 yang dilakukan Dana Moneter Internasional (IMF).

Sebagai informasi, IMF baru saja menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebanyak 0,3 persen dari 3,3 persen menjadi hanya 3 persen.

"Memang ekonomi global semua menurun. Tapi yang paling kecil kena dampaknya Indonesia. Jadi mungkin saja (pertumbuhan ekonomi Indonesia) 5 persen atau sedikit di bawah 5 persen," ungkap Luhut seperti melansir CNNIndonesia.com.

Ia tak menyebut pasti berapa potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini. Kalau pun di bawah 5 persen, Luhut memastikan angkanya masih di sekitar 4 persen atau dekat 5 persen.

"Lihat saja nanti," katanya.

Pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 mencapai 8 persen. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,05 persen pada kuartal II 2019.

Diketahui, ini kedua kalinya IMF merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi global. Sebelumnya pada April 2019, IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 persen dari prediksi Januari yang sebesar 3,5 persen menjadi 3,3 persen.

"Meningkatnya hambatan perdagangan dan ketegangan geopolitik terus melemahkan pertumbuhan ekonomi global," ungkap Penasihat Ekonomi sekaligus Direktur Departemen Riset IMF Gita Gopinath, dikutip dari World Economic Outlook periode Oktober yang terbit Selasa (15/10).

Ia menyatakan penurunan sektor manufaktur dan perdagangan global memicu perlambatan ekonomi global. Sejauh ini, bisa dibilang perang dagang antara AS dan China memang belum usai, sehingga terus berdampak negatif pada perdagangan dunia.

"Pertumbuhan volume perdagangan pada paruh pertama 2019 jatuh menjadi hanya 1 persen yang merupakan level terlemah sejak 2012," jelas dia.

Dengan berbagai sentimen ini, IMF memprediksi ekonomi negara maju melambat menjadi 1,7 persen pada 2019 dari 2,3 tahun lalu. Pertumbuhan negara maju diproyeksi stagnan tahun depan.

Sementara, ekonomi negara berkembang diprediksi melambat menjadi 3,9 persen di 2019 dari 4,5 persen pada 2018. Koreksi ini dipicu perang dagang, ketidakpastian kebijakan domestik, dan perlambatan ekonomi China.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar