Merokok Bisa Memperburuk Penyakit Oftalmopati Graves, Apa Itu?

Senin, 14/10/2019 19:24 WIB
Pemerintah resmi naikkan cukai rokok jadi 23 persen tahun depan (ilustrasi: tribunenews)

Pemerintah resmi naikkan cukai rokok jadi 23 persen tahun depan (ilustrasi: tribunenews)

law-justice.co - Prof Dr. dr. Imam Subekti, SpPD–KEMD menjelaskan bahwa penyakit Oftalmopati Graves (OG) dapat dicegah dengan berhenti merokok. Pasien Graves, terlepas dari ada atau tidaknya kelainan mata, OG harus dimotivasi untuk berhenti merokok.

Sayangnya, di Indonesia jumlah perokok aktif tergolong tinggi. Berdasarkan data Bank Dunia, jumlah perokok di Indonesia sebesar 39,4 persen lebih tinggi dari Laos 28,9 persen, Mongolia 25,6 persen, Tiongkok 25,6 persen, Filipina 24,3 persen, dan Korea Selatan 23,3 persen.

Menurut data Riskesdas Kementrian Kesehatan RI 2018, penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun yang merokok berkurang sedikit dari 36,3 persen pada 2013 menjadi 33,8 persen pada tahun yang sama.
Merokok memberikan dampak buruk pada penyakit Oftalmopati Graves, karena banyak alasan antara lain:

–Peningkatan risiko kejadian penyakit Graves pada perokok.
–Peningkatan risiko relaps untuk hipertiroidisme Graves setelah pengobatan anti–tiroid.
–Prevalansi perokok lebih tinggi pada pasien OG dibandingkan dengan penyakit Graves tanpa oftalmopati atau kontrol.
–Meningkatnya prevelansi OG pada anak–anak dari negara dengan pravelansi perokok remaja yang tinggi (kemungkinan peran perokom pasif).
–OG lebih parah pada perokok.
–Menurunkan efektivitas radioterapi orbita dan glukokortikoid dosis tingfi untuk OG sedang–berat pada perokok
–Risiko kejadian diplopia dan proptesis lebib rendah pada mantan perokok dibandingkan dengan perokok saat ini.

Dilansir Medcom, Pencegahan OG dapat dilakukan dengan tiga klasifikasi. Yaitu primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer ditunjukkan untuk mencegah timbulnya penyakit dengan mengandalkan faktor risiko.

Pencegahan sekunder mengacu pada upaya diagnosis dini dan pengobatan penyakit subklinis, tanpa gejala, untuk mencegah perkembangannya menuju penyakit yang jelas secara klinis. Sementara pencegahan tersier meliputi semua tindakan yang diambil setelah terjadinua penyakit klinis untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi dan kecacatan.

Prof. Imam menjelaskan bahwa bukti kuat menunjukkan bahwa berhenti merokok adalah intervensi yang fundamental dalam hal pencegahan penyakit primer, sekunder, dan tersier. Karena itu, apapun kondisinya berhentilah merokok dari sekarang.

(Hidayat G\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar