Waspada, Perokok Elektrik Rentan Dua Kali Lipat Terkena Impoten

Minggu, 21/04/2024 04:52 WIB
Ilustrasi pria impotensi (Ist)

Ilustrasi pria impotensi (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Hasil penelitian menyebutkan, dibanding peserta yang tidak pernah mengonsumsi rokok elektrik, pengguna harian vape dua kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi ereksi.

Padahal rokok elektrik semakin disukai kelompok muda atau dewasa. Alasan mereka selain ingin mengurangi rokok konvensional, dalih lainnya adalah merasa lebih aman menggunakannya.

Menikmati rokok elektrik kerap dipilih sebagian orang karena dinilai lebih aman jika dilihat dari dampaknya pada kesehatan. Namun, penelitian yang terbit di American Journal of Preventive Medicine baru-baru ini menyatakan, ada peningkatan risiko disfungsi ereksi akibat penggunaan vape, salah satu jenis rokok elektrik.

Dicuplik dari laman Good Doctor, Rabu, 17 April 2024, penelitian dilakukan oleh sejumlah ilmuwan dari NYU Grossman School of Medicine dan Johns Hopkins University School of Medicine, melibatkan hampir 14 ribu peserta pria di atas 20 tahun.

Dari pembagian kategori tersebut, ditemukan bahwa hampir separuh dari peserta adalah mantan perokok. Sisanya, hampir 21 persen perokok aktif dan 14 persen menggunakan produk tembakau lainnya.

Hasil penelitian menyebutkan, dibanding peserta yang tidak pernah mengonsumsi rokok elektrik, pengguna harian vape dua kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi ereksi.

Menurut penjelasan Dr. Omar El-Shahawy, salah satu peneliti, setiap produk tembakau atau yang mengandung nikotin tidak bebas dari risiko bahaya. "Selama ini, vape dipilih karena dianggap lebih aman ketimbang rokok konvensional," terang Omar.

Faktanya, beberapa rokok elektrik justru punya zat nikotin dalam konsentrasi yang sangat tinggi. Rokok elektrik generasi baru juga memiliki lebih banyak nikotin. Paparan nikotin inilah yang menjadi penyebab disfungsi ereksi.

Sebenarnya, penyakit yang ditimbulkan bukan merupakan dampak langsung, melainkan efek samping dari terganggunya kinerja jantung dan sirkulasi darah. Seperti diketahui, saat akan ereksi, penis membutuhkan banyak pasokan darah.

Secara umum, merokok bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, mencegah terjadinya pelebaran rongga untuk mengalirkan darah. "Lama-kelamaan, hal tersebut juga dapat meningkatkan tekanan darah," jelas Omar.

Seperti yang telah disebutkan, disfungsi ereksi adalah efek tidak langsung yang bisa terjadi karena terganggunya fungsi jantung akibat paparan nikotin dari rokok elektrik.

Nikotin bisa memengaruhi sistem kardiovaskular melalui banyak cara, seperti mempersempit arteri dan mempercepat detak jantung. Nikotin juga berperan dalam pengerasan dinding arteri, yang secara langsung berpengaruh pada fungsi sistem kardiovaskular.

Bahkan, menurut American Heart Association Journals, disfungsi ereksi sering kali menjadi tanda dari aterosklerosis, yaitu penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah yang bisa memicu serangan jantung. Disfungsi ereksi biasanya terjadi tiga sampai lima tahun sebelum serangan jantung.

Artinya, jika Anda sudah mengalami disfungsi ereksi, risiko untuk terkena serangan jantung menjadi meningkat. Jadi, segera lakukan pengobatan sebagai langkah pencegahan.

Disfungsi ereksi, atau sering disebut impotensi, adalah ketidakmampuan penis mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk berhubungan seks. Dalam kehidupan berpasangan, ini bisa menjadi masalah jika dibiarkan terlalu lama.

Tak hanya sulit mendapatkan atau mempertahankan ereksi, pria dengan impotensi biasanya juga mengalami penurunan hasrat seksual. Bukan cuma merokok elektrik, beberapa faktor bisa pula memperparah kondisi, seperti mengalami stres, obesitas, hingga jarang olahraga.

Disfungsi ereksi sendiri sebenarnya hal yang sangat umum terjadi pada pria. Menurut data World Health Organization (WHO), per tahun, sekitar 15 persen pria di seluruh dunia mengalami kondisi tersebut.

Berhenti merokok adalah cara paling efektif untuk menurunkan risiko seorang pria mengalami disfungsi ereksi. Meski, ada beberapa hal lain yang bisa dilakukan sebagai langkah pencegahan, seperti menghindari konsumsi alkohol, menjaga berat badan, dan berolahraga secara teratur.

 

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar