Gerindra Disarankan Jadi Oposisi Lagi Daripada Gabung Jokowi

Minggu, 13/10/2019 13:10 WIB
Jokowi dan Prabowo (Tribunnews)

Jokowi dan Prabowo (Tribunnews)

law-justice.co - Pendukung Partai Gerindra bisa kecewa jika manuver pendukung partai berlambang kepala burung garuda terus–terusan dan berakhir di pemerintahan.

Pasalnya, mayoritas pemilih Gerindra dan Prabowo Subianto di Pemilu 2019 lalu adalah pihak–pihak yang tidak ingin Joko Widodo kembali memimpin.

Begitu kata pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, Sabtu (12/10).

Ujang masih berharap Gerindra menjadi oposisi, sesuai dengan keinginan para pendukung.

Dilansir dari Rmol, Posisi sebagai oposisi kata Ujang tidak hina. Sebaliknya, justru terhormat dan bisa memiliki peran sebagai kontrol penguasa.

"Harusnya Gerindra jadi oposisi saja. Menjadi oposisi bisa lebih terhormat karena bisa mengingatkan pemerintah ketika pemerintah salah jalan dan salah arah." katanya.

Negara kata Ujang butuh oposisi yang kuat dan tangguh. Sehingga bisa mengawasi jalannya roda pemerintahan.

Jika Gerindra yang diharapkan publik menjadi oposisi berubah haluan, maka kontrol terhadap kinerja Jokowi–Maruf lemah dan kekuasaan bisa cenderung disalahgunakan.

"Kata Lord Acton, power tends to corrupt. Kekuasaan itu akan cenderung korup atau disalahgunakan. But absolute power, corrupt absolutely. Dan kekuasaan yang absolut kecenderungan penyalahgunaannya pun akan mutlak," teegasnya.

(Hidayat G\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar