Pembunuhan Hedar, Genderang Perang Ditabuh di Puncak Papua

Rabu, 14/08/2019 14:14 WIB
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) (SuratKabar.id)

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) (SuratKabar.id)

Jakarta, law-justice.co - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta aparat keamanan balas dendam terhadap kematian Brigpol Anumerta Hedar yang gugur dalam bertugas di Kabupaten Puncak, Papua, Senin lalu (12/8/2019).

Anggota Polda Papua itu disandera kemudian dibunuh diduga oleh Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB).

"Apabila ada yang menyerang aparat polisi negara harus diselesaikan, harus diserang balik. Itu harus. Kalau diterima begitu saja itu salah," ujar JK seperti dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (13/8/2019).

JK menyampaikan belasungkawa atas peristiwa tersebut. Menurutnya, di daerah konflik memang kerap terjadi penyerangan terhadap aparat yang bertugas.

"Ya tentu kita merasa berduka cita. Memang di daerah konflik selalu ada korban. Tapi yang penting kita selesaikan masalahnya secara umum. Supaya Papua lebih aman," katanya.

TPNPB-OPM Bertanggung Jawab

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengaku bertanggung jawab atas penembakan yang menewaskan anggota Polda Papua, Briptu Hedar.

Sebby Sambom, Juru Bicara TPNPB-OPM, mengatakan Briptu Hedar ditembak mati pada hari Senin (12/8/2019) awal pekan ini pukul 1.25 WITA di Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.

”Pada awalnya kami mencurigai orang yang berjalan itu adalah Briptu Hedar. Benar, dia sedang menyamar. Dia bukan warga sipil, tapi anggota Brimob dan masuk dalam daftar penjahat bagi warga Papua,” kata Sebby Sambom, dikutip dari Suara.com, Selasa (13/8/2019).

Ia menuturkan, rekam jejak Briptu Hedar sudah tercatat oleh TPNPB-OPM sejak bertugas di Kabupaten Puncak Jaya.

”Dia mengejar kami dari Puncak Jaya, Guragi, Sinak, Yambi, hingga akhirnya sampai di Ilaga,” kata Sebby.

Ia menuturkan, penembakan terhadap Briptu Hedar tak bisa dikategorikan sebagai kejahatan atau kriminalitas, sebab hal itu bagian dari perang antara TPNPB dengan Republik Indonesia.

”Ini adalah medan perang, dan kami menembak mati Briptu Hedar sebagai balasan atas penangkapan dan pembunuhan anggota TPNPB atas nama Timenggur Telenggen,” jelasnya.

”Maka kami balas. Kami berhasil merebut satu buah pistol dari Briptu Hedar. Setelah dia mati, kami menelepon Polres Ilaga untuk bilang, anggotanya sudah ditembak, silakan ambil mayat. Itu sesuai hukum perang internasional,” jelasnya.

Ia menuturkan, penyergapan dan eksekusi terhadap Briptu Hedar terjadi di wilayah penguasaan Panglima Komando Daerah Pertahanan Ilaga pimpinan Brigjen Penny Murib.

”Secara organisasi, dipimpin oleh Komandan operasi UMUM TPNPB Mayjen Lekagak Telenggen dan Jenderal Goliat Tabuni bertanggungjawab. Tapi secara khusus, yang bertanggungjawab di wilayah Ilaga adalah Panglima Kodap Ilaga yaitu Penny Murib,” tutupnya.

Operasi Keamanan

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto juga merespons kejadian yang menimpa Hedar.

Menurut Wiranto pasukan yang tertembak dan terluka saat mengamankan sebuah wilayah di Papua, merupakan bagian dari sebuah operasi. Wiranto menyebut insiden tersebut bisa setiap hari terjadi.

"Ya kan kami sedang mengamankan daerah itu, ada yang ketembak, ada yang luka itu bagian dari operasi. Itu bisa setiap hari terjadi," kata Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Wiranto lantas meminta masalah operasi pengamanan sebuah wilayah, termasuk di Papua, tak perlu diperbincangkan lagi. Ia hanya meminta agar masyarakat mendoakan pasukan yang tengah bertugas mengamankan wilayah tersebut.

"Kita doakan suapaya pasukan kita selamat. Kita doakan ada kesadaran bahwa pelaku-pelaku yang disebut KKSB itu," ujarnya.

Hedar Sudah Selidiki KKSB Sejak 2016

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengatakan Hedar memiliki prestasi yang cukup baik dalam tugasnya mengungkap kasus berkaitan dengan KKSB.

Hedar diketahui telah melakukan penyelidikan terkait KKSB sejak 2016. Sejumlah penangkapan pernah dilakukan pria yang merupakan anggota Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Papua tersebut.

"Briptu Hedar memiliki catatan prestasi yang cukup panjang. Yang bersangkutan sangat aktif dalam satgas pengungkapan kasus yang melibatkan KKB," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan.

Pada 13 Oktober 2016, misalnya, Hedar menangkap Damianus Magay Yogi yang merupakan Panglima KKB wilayah Totiyo-Paniai di Sentani, Jayapura. Selain itu Hedar juga melakukan penangkapan terhadap Jemy Magay Yogi yang merupakan KSAD KKB Totiyo-Paniai, Aloysius Kayame anggota KKB Totiyo-Paniai, dan Jona Wenda sebagai Jubir WPNCL.

Pada 11 November 2017, Hedar turut melakukan aksi pembebasan sandera warga Papua dan non Papua oleh KKB Tembagapura, di Kampung Banti, Distrik Tembagapura.

Kemudian pada 12 Mei 2018, Hedar menangkap Yogor Telenggen, anggota KKB Lannyjaya di Kampung Usir. Pada 20 Juli 2018, Hedar menangkap Longgop Telenggen, anggota KKB Yambi.

Lalu pada 1 Agustus 2018, Hedar menangkap Wuyungga Tabuni anggota KKB Lannyjaya di Kampung Usir. Selanjutnya 17 Oktober 2018, Hedar menangkap Wemiles Tuwolom, penyuplai senjata dan amunisi KKB Yambi di Jayapura.

Pada 21 Januari 2019, Hedar menangkap Bumi Enumbi, anggota KKB Yambi. Dilanjutkan pada 21 Februari 2019 penangkapan dilakukan terhadap Paku Wanimbo, KKB Yambi.

Terakhir pada 3 Mei 2019, Hedar melakukan penggalangan terhadap senjata dan amunisi Ilaga atas nama Amole, serta mendapatkan dua pucuk senjata api laras panjang dan satu pucuk senjata api laras pendek beserta amunisinya.

Kronologi Versi Polisi

Untuk diketahui, Hedar tewas tertembak di bagian kepala saat melarikan diri ketika disandera oleh sekelompok orang diduga KKSB. Dia disandera pada Senin (12/8/2019) sekitar pukul 11.00 WIT.

Hedar disandera sekelompok orang yang diduga KKSB, ketika hendak melakukan penyelidikan dengan menyamar di wilayah Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Dia mendatangi daerah Puncak Jaya dengan menggunakan sepeda motor bersama rekannya Bripka Alfonso.

Keduanya bertugas tanpa mengenakan seragam polisi dan tidak membawa senjata. Mereka menyamar seperti warga untuk mencari informasi mengenai dugaan intimidasi KKSB terhadap sejumlah warga di sana.

Dedi sendiri mengakui, Hedar sudah dipantau KKSB di Puncak Jaya ini. Mereka mengidentifikasi dan mencurigai orang-orang berdasarkan warna kulit.

"Ya (Dipantau) memang itu kan ada hal-hal khusus yang dicurigai, dari sisi warna kulit, penampilan berbeda, sangat mudah teridentifikasi," ujarnya.

Hedar sendiri menyamar karena informasi didapatnya ada dugaan intimidasi oleh KKSB terhadap warga setempat. Dedi mengatakan intimidasi yang dilakukan KKSB di sana seperti perampasan bahan makanan, penganiayaan hingga pemerkosaan.

"Proses penyelidikan itu undercover, samaran, memang dapat informasi dari masyarakat, distrik tersebut sering didatangi oleh KKB yang melakukan tindak pidana lainnya lah," tuturnya. 

(Regi Yanuar Widhia Dinnata\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar