Rizal Ramli Ragukan Kredibilitas Pansel Capim KPK

Sabtu, 13/07/2019 11:41 WIB
Rizal Ramli, Ekonom Senior (Finroll.com)

Rizal Ramli, Ekonom Senior (Finroll.com)

Jakarta, law-justice.co - Ekonom senior, Rizal Ramli mempertanyakan kredibilitas dan kinerja Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel Capim KPK). Alasan Rizal Ramli tersebut berdasarkan nama pegiat hak asasi manusia (HAM) Natalius Pigai dinyatakan tidak lolos seleksi administrasi padahal ia adalah sosok yang memiliki integritas dan memiliki track record yang baik.

Rizal sulit membayangkan tokoh Papua ini terganjal di babak seleksi administrasi. Padahal, menurut dia, Pigai sosok yang berani membela kebenaran.

“Pigai adalah tokoh Papua yang cerdas dan plural. Perlu tokoh Papua berani untuk berantas korupsi,” kata Rizal Jumat, (12/7/2019).

Rizal memandang masyarakat akan meragukan kredibilitas panitia seleksi capim KPK lantaran tak meloloskan Pigai. Bahkan, pansel juga dianggap tidak objektif dan tidak menpertimbangkan keseimbangan wilayah.

“Apakah Pansel sekadar mempertahankan statua quo?” tanya Rizal seperti dikutip dari Indonesiainside.id.

Sebelumnya, sejumlah LSM meminta Jokowi merombak komposisi pansel KPK yang dibentuk pada 17 Mei 2019 tersebut. Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi mencatat ada sejumlah nama pansel yang tidak sejalan dengan agenda pemberantasan korupsi.

Koalisi menganggap sejumlah nama pansel juga terindikasi memiliki kedekatan dengan kepolisian. Hal itu memicu kecurigaan bahwa ada kehendak untuk mempertahankan kontrol elit kepolisian atas KPK.

“Kepentingan ini dapat mengganggu independensi KPK,” kata koalisi dalam keterangan pers beberapa waktu lalu.

Desakan merombak komposisi pansel KPK juga diungkapkan pendiri Kantor Hukum AMAR, Alghiffari Aqsa. Mantan Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta itu mengatakan ada anggota pansel memiliki masalah integritas, pernah melakukan kecurangan dalam tes pejabat publik dan tidak transparan dalam pelaporan harta kekayaan.

(Regi Yanuar Widhia Dinnata\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar