Nasrudin Joha, Kolumnis

Episode Sinetron Teroris Dimulai

Minggu, 19/05/2019 05:31 WIB
Densus 88 Anti-Teror Polri (Foto: Detik)

Densus 88 Anti-Teror Polri (Foto: Detik)

Jakarta, law-justice.co - `Sinetron` teroris telah sampai pada babak yang paling lucu, dan ini mungkin episode yang tak akan pernah berulang. Teroris itu, mengumumkan rencana penyerangan secara terbuka, pada tanggal 22 Mei, begitu kata `jubir` teroris nya.

Yang namanya aksi teror, itu rencananya tertutup, tidak bisa diendus, sangat rahasia, bahkan hingga dinding pun diisolasi agar tak tahu rencana dan target penyerangan. Kalaupun telah `bocor` dan diketahui, pasti rencana tadi digagalkan, merencanakan Plan B agar tidak diketahui target serangannya.

Ini episode teroris yang paling lucu, teroris mengumumkan rencana Penyerangan, bahkan lengkap dengan target, tempat, tanggal dan waktunya. Kemudian, jubir teroris mengimbau masyarakat tidak menuju lokasi serangan teroris itu.

Dikiranya masyarakat semuanya anak PAUD ? Anak TK ? Bisa dibodoh bodohi dan ditakut takuti ? Kalaupun itu benar, pasti rencana itu digagalkan karena keburu diketahui publik. Jika rencana itu sudah diketahui publik, tapi dinarasikan `akan tetap terjadi` berarti yang teroris itu bukan terorisnya, tapi jubir teroris yang mengumumkannya.

Pengumuman jubir teroris ini ingin menteror, menakut-nakuti rakyat, agar tidak menggunakan hak konstitusionalnya untuk berkumpul, berserikat dan menyatakan pendapat. Jubir teroris ini, ingin rakyat tetap diam dan bungkam meskipun aspirasinya dicurangi.

Jubir teroris ini terus mengedarkan hoax serangan teroris, agar rakyat takut untuk bergerak. Padahal, jika benar ada teroris, maka jubir ini yang seharusnya menangkap dan mengamankan rakyat dari ancaman terorisme. Bukan malah mengeksploitasi `rencana serangan teroris` untuk meneror dan menakut-nakuti rakyat.

Faktanya, isu terorisme ini tidak pernah ada episode tamatnya. Sebab, jubir teroris ini selain peternak juga penangkar teroris. Jadi, teroris itu semacam bibit indukan untuk dikembangbiakkan, memproduksi ketakutan ditengah masyarakat, agar masyarakat selalu butuh dan menyewa jasa pengamanan. Agar perusahaan jasa pengamanan, terus dibayar atas proyek abal-abal terorisme ini.

Apakah rakyat peduli ? Takut ? Percaya ? Faktanya, Anda yang membaca tulisan ini cuma senyum senyum dan geleng geleng. Dari isu makar, isu teroris, bentuk tim Asistensi hukum, kerahkan Pemda untuk menghalangi gerakan kedaulatan rakyat, salah gunakan aparat hukum dan militer dari tugas menjaga dan melayani rakyat menjadi meneror dan mengintimidasi rakyat, semuanya muaranya cuma satu : situ takut diganti.

Lah wajar saja rakyat ingin ganti, Lha wong rakyat sudah menyuarakan aspirasinya secara legal dalam pemilu. Suara-suara itu sekarang dicurangi, sangat terstruktur, sistematis, masif dan brutal. Jadi, jangan mengganggap rakyat tak punya mata dan telinga atas realitas ini.

Sekali lagi, di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, berhentilah menebar hoax teroris dan mengintimidasi rakyat. Kalian digaji dari uang rakyat, jahat sekali jika uang rakyat itu kalian gunakan untuk menzalimi rakyat.

Ingat! Gaji yang kalian berikan kepada istri, anak dan keluarga, akan menjadi darah dan daging mereka. Mengambil gaji dari darah dan keringat rakyat, kemudian terlibat aktif menzalimi rakyat pasti menjadikan rezeki tidak berkah. Awas! Bisa kualat kalian!

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar