Romo Magnis: Pendukung Capres Tak Perlu Bermusuhan

Senin, 25/03/2019 08:30 WIB
Rohaniwan Katolik Romo Franz Magnis Suseno (Foto: dok. ragil.org)

Rohaniwan Katolik Romo Franz Magnis Suseno (Foto: dok. ragil.org)

Jakarta, law-justice.co - Rohaniawan Katolik Romo Franz Magnis Suseno meminta para pendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak saling bermusuhan. Romo Magnis berharap, pendukung kedua capres dewasa menerima hasil pada 17 April nanti.

“Orang yang mendukung Pak Jokowi tidak perlu memusuhi Pak Prabowo. Orang yang ingin menangkan Pak Prabowo tidak perlu memusuhi Presiden Jokowi,” kata Romo Franz Magnis Suseno dalam diskusi kebangsaan yang digelar Aliansi Anak Bangsa untuk Indonesia (AABI) di Hotel Treva, Jakarta, Minggu (24/3), seperti dikutip Beritasatu.com.

Romo Magnis menegaskan lebih lanjut harapannya kepada pendukung masing-masing capres. Dia mengatakan, yang terpilih pada 17 April mendatang adalah pemimpin Indonesia selama lima tahun mendatang. Karena itu, masing-masing kubu tidak perlu membenci.

"Jangan biarkan segala macam hasutan, ujaran kebencian, hoax merusak. Tolak semua ungkapan kebencian,” kata Romo Franz Magnis Suseno.

Romo Franz Magnis Suseno menuturkan, setiap menjelang pemilu, ketegangan di tengah masyarakat memang meningkat. Meski begitu dia optimistis pemilu tak akan memecah belah bangsa.

Romo Magnis mengungkap, Indonesia telah melaksanakan Pemilu sejak 1955. Selama pemilu, lanjut Franz, masyarakat selalu menunjukkan kedewasaan dan bersedia menerima hasilnya.

Berbeda dengan di Filipina, setiap pemilu hampir 100 orang meninggal. “Di Indonesia belum pernah ada orang yang mati. Masyarakat tidak ada masalah dalam demokrasi,” tutur Romo Franz Magnis Suseno.

Pada kesempatan yang sama, budayawan Jaya Suprana mengatakan, Romo Franz pernah menyebut bahwa dosa terberat itu ialah kesombongan. Jaya kemudian mengaitkan itu dengan filofosi Jawa yaitu Ojo Dumeh (jangan mentang-mentang/sombong).

“Sederhana jawaban untuk bangsa kita sekarang. Kita ini sedang dumeh. Kita lupa dan kita masing-masing sombong. Merasa kita paling benar yang lain goblok. Kebencian itu lahirnya di situ. Selama kita masing-masing sombong, kebencian enggak akan hilang,” ujar Jaya Suprana.

Jaya Suprana menambahkan, keadilan sosial juga memperparah kehidupan kebangsaan. “Semua sudah bagus tapi yang belum adalah keadilan sosial. Keadilan sosial hanya untuk sebagian kecil rakyat Indonesia,” imbuh Jaya Suprana.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar