Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Prabowo Urus Indonesia, Anies di Jakarta

Sabtu, 25/05/2024 14:14 WIB
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI resmi menetapkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebagai presiden dan wakil presiden terpilih hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Penetapan ini dilakukan selang dua hari setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh gugatan sengketa hasil pilpres. Robinsar Nainggolan

Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI resmi menetapkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebagai presiden dan wakil presiden terpilih hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Penetapan ini dilakukan selang dua hari setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh gugatan sengketa hasil pilpres. Robinsar Nainggolan

Jakarta, law-justice.co - Pilpres sudah selesai. Rivalitas yang melibatkan hampir seluruh rakyat Indonesia sudah berakhir. Kegaduhan mereda. Suka tidak suka, Prabowo-Gibran adalah pemenang dalam pilpres.

Ini keputusan KPU yang dikuatkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka akan dilantik Oktober 2024 nanti, dan siap untuk bekerja untuk Indonesia. Saatnya seluruh rakyat Indonesia bersatu untuk membangun masa depan bangsa.

Hampir semua partai merapat, dan mendukung pemerintahan Prabowo. Kecuali PDIP. Partai yang dipimpin oleh Megawati ini nampaknya akan memilih jalan oposisi. Posisi ini juga penting sebagai check and balances. Supaya ada pihak yang kontrol dan mengawasi jalannya pemerintahan. PKS bisa mengambil jalur oposisi sebagaimana PDIP. Meski jalur koalisi masih tetap terbuka.

Prabowo menggunakan strategi merangkul. Berupaya menggandeng semua partai, juga seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama dalam pemerintahannya.

"Yang tidak mau, jangan mengganggu," kata Prabowo. Inilah yang mungkin membedakan antara Prabowo dengan Jokowi.

Jika Prabowo konsisten dalam menggunakan strategi merangkul, maka jalannya pemerintahan relatif akan jauh dari kegaduhan. Konflik tidak sehat antara pemerintah dengan pihak oposisi bisa diminimalisir. Dengan begitu, stabilitas politik bisa dijamin.

Jika ini yang terjadi, maka akan membuat Prabowo bisa lebih fokus bekerja untuk Indonesia. Ini sekaligus akan memberi jalan yang relatif mulus buat Prabowo menuju ke periode kedua di Pilpres 2029.

Spekulasi bahwa Prabowo hanya akan jadi presiden satu periode saja, itu sulit dipercaya. Apalagi rumor Prabowo akan mundur setelah 2-3 tahun pasca pelantikan. Seandainya ada komitmen itu, harus dipahami bahwa dalam politik yang berlaku adalah kekuasaan. Bukan janji. Siapa yang berkuasa, dia yang menentukan.

Ingat perjanjian Batu Tulis? Itu barangkali tak lebih dari selembar kertas. Sebab, dalam politik akan selalu ada dinamikannya. Ingat perjanjian Gerindra dan PKS terkait wagub DKI dan cawapres 2019? Sekali lagi, politik memiliki dinamika yang seringkali melampaui selembar kertas perjanjian. Jadi, abaikan rumor tentang Prabowo yang hanya akan berkuasa satu periode saja itu.

Pilpres 2029, Prabowo akan maju lagi. Sebagai incumbent, posisinya akan sangat kuat. Apalagi, dukungan TNI pasti akan sangat solid. Strategi merangkul akan menambah kekuatan bagi Prabowo untuk mendapatkan banyak dukungan dari berbagai kelompok, termasuk kelompok keumatan. Apalagi, jika PKS juga ikut gabung di koalisi.

Sementara Jakarta, posisi Anies Baswedan cukup kuat untuk maju dan memenangkan pilgub di Jakarta. Kolaborasi Prabowo dan Anies, nasional dan Jakarta bisa menjadi lokomotif yang diharapkan mampu menggerakkan Indonesia menjadi negara yang lebih maju.

Optimisme rakyat bisa dibangun karena kedua tokoh ini sama-sama punya spirit nasionalisme dan semangat kenegarawanan yang tidak diragukan lagi.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar