Ketika Janji Prabowo Genjot Ekonomi Tumbuh 8 Persen Cuma `Omon-omon`

Kamis, 23/05/2024 06:14 WIB
Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, menyampaikan pidato usai ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai pemenang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024. Pidato itu disampaikan Prabowo dalam keterangan pers di depan kediamannya, Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2024). Robinsar Nainggolan

Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, menyampaikan pidato usai ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai pemenang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024. Pidato itu disampaikan Prabowo dalam keterangan pers di depan kediamannya, Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2024). Robinsar Nainggolan

Jakarta, law-justice.co - Pakar Ekonomi Senior, Raden Pardede menyatakan bahwa janji Prabowo, presiden terpilih 2024-2029, mendongkrak perekonomian Indonesia menjadi 8 persen dalam 3 tahun, bisa jadi hanya `omon-omon` belaka.

Pasalnya kata dia, hal itu super sulit untuk mewujudkannya melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini.

Dia mengatakan ekonomi Indonesia paling banter tumbuh 6 persen dalam 2-3 tahun ke depan.

“Tidak mungkin dalam tahun pertama (pemerintahan Prabowo). Mungkin 2-3 tahun bisa saja. Tapi begini, pemerintah selalu membuat tinggi seperti itu, untuk memacu mereka bekerja keras,” kata Raden, Jakarta, dikutip Rabu (23/5/2024).

Untuk meraih target ekonomi 8 persen, lanjut Raden, diperlukan upaya yang super ekstra. Dalam hal ini, pemerintah wajib menjalankan reprioritasi program pembangunan.

Dari sisi investasi, kata dia, pemerintah perlu mendorong perbaikan guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi. “Misal infrastruktur, ya bisa ke yang lain lagi. Itu akan merubah produktivitas, memengaruhi pertumbuhan," paparnya.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal menilai, jangankan 8 persen, menumbuhkan ekonomi Indonesia 5,5 persen saja perlu extra effort.

Alasan Faisal, lima tahun terakhir, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia berkutat di level 5 persen saja. Pada 2022 memang ada `durian runtuh` karena melambungnya harga komoditas ekspor Indonesia alias windfall commodity. Menodorng pertumbuhan ekonomi mencapai 5,31 persen.

“Untuk memenuhi target 5,1-5,5 persen saja butuh terobosan dan pendekatan yang lama, apalagi yang 8 persen," kata Faisal.

Artinya, kata Faisal, Indonesia perlu ada momen ‘durian runtuh’ lainnya, sehingga perekonomiannya bisa meroket. Naga-naganya peluangnya tipis karena tren harga komoditas ekspor unggulan Indonesia masuk zona moderasi.

Pekan lalu, Prabowo optimistis mampu mengantarkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Tak main-main, dia pasang target tumbuh 8 persen dalam 2-3 tahun.

"Saya sangat yakin dan saya juga sudah berbicara dengan pakar dan mempelajari angkanya. Saya yakin kita dapat dengan mudah mencapai 8%. Malah saya bertekad melampauinya," katanya.

Menurut Prabowo salah satu kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut adalah melalui kebijakan hilirisasi. Masyarakat perlu bersabar karena dibutuhkan waktu agar hasilnya maksimal.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar