Jika Israel Invasi Rafah, Joe Biden Ancam AS Hentikan Suplai Senjata

Kamis, 09/05/2024 11:22 WIB
AS Jatuhkan Sanksi ke Israel usai Joe Biden-Netanyahu Makin Renggang. (Istimewa).

AS Jatuhkan Sanksi ke Israel usai Joe Biden-Netanyahu Makin Renggang. (Istimewa).

Jakarta, law-justice.co - Untuk kali pertamanya, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dengan tegas memperingatkan Israel secara terbuka bahwa Amerika Serikat akan menghentikan menyuplai senjata bila tentara negara Yahudi tersebut membuat invasi besar ke Rafah, Jalur Gaza.

"Saya perjelas bila mereka ke Rafah... Saya tak akan menyuplai senjata yang secara historis digunakan untuk menghadapi Rafah, menghadapi kota-kota, yang akan menangani masalah tersebut," kata Biden dalam wawancara dengan CNN.

Biden menyadari senjata dari AS sudah digunakan Israel untuk membunuh warga sipil di Gaza selama tujuh bulan invasi ke kawasan tersebut dengan alasan memburu prajurit Hamas.

Sejauh ini, Israel sudah membunuh 34.789 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, kata Menteri Kesehatan Palestina.

Pada pekan ini, Israel menyerang Rafah, kota yang dihuni lebih dari 1 juta penduduk Palestina sebagai tempat perlindungan. Namun Israel menyebut serangan itu sebagai serangan terbatas.

Sementara itu, diberitakan Reuters, seorang pejabat senior di Pemerintahan AS mengatakan secara anonim bahwa Washington secara hati-hati mengkaji pengiriman senjata yang mungkin digunakan di Rafah.

Sebagai akibatnya, pada Selasa (7/5) pagi, AS menghentikan sementara pengiriman yang terdiri dari 1.800 bom seberat 907 kilogram, dan 1.700 bom seberat 226 kilogram.

Menteri Pertahanan AS Llyod Austin mengatakan keputusan tersebut diambil karena keprihatinan terhadap Rafah dengan dalih Washington menentang invasi besar-besaran Israel tanpa melindungi warga sipil.

"Warga sipil sudah terbunuh di Gaza sebagai akibat bom-bom ini dan cara-cara lainnya yang mereka lakukan untuk menyerang pusat-pusat pemukiman," katanya soal bom seberat 907 kilogram yang dikirim ke Israel.

Sementara itu, Israel frustrasi terhadap keputusan Amerika Serikat yang menghentikan pengiriman senjata untuk perang di Rafah.

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan mengaku tidak percaya dengan keputusan AS tersebut. Ia bahkan menyebut keputusan itu sangat mengecewakan dan membuat frustrasi.

"Presiden AS Joe Biden tidak bisa mengatakan bahwa dia adalah mitra kita dalam tujuan untuk menghancurkan Hamas (dalam perang Gaza) sementara di sisi lain menunda sarana (pengiriman senjata) yang dimaksud untuk menghancurkan Hamas," kata Erdan dalam wawancara di Channel 12 News Israel, dikutip Reuters, Rabu (8/5).

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar