Ini Alasan Tiongkok Tangkap Massal Seribu Warga Tibet dan Biksu

Senin, 26/02/2024 16:50 WIB
Xi Jinping ke Tibet (DW)

Xi Jinping ke Tibet (DW)

Jakarta, law-justice.co - Kepolisian China dilaporkan menangkap lebih dari 1.000 warga Tibet, termasuk biksu dari setidaknya dua biara lokal, di Provinsi Sichuan, gegara memprotes pembangunan bendungan.

Dua sumber dari Tibet mengatakan bahwa orang-orang yang ditangkap ditahan di berbagai tempat di seluruh wilayah Dege, Prefektur Kardze Tibet karena polisi tidak memiliki satu tempat pun untuk menahan mereka.

Dua sumber anonim itu memaparkan warga yang ditahan terpaksa membawa perlengkapan tidur dan tsampa mereka sendiri. Tsampa merupakan makanan pokok warga Tibet yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.

"Polisi meminta warga Tibet untuk membawa tsampa dan perlengkapan tidur mereka sendiri, seakan tanda bahwa mereka tidak akan dibebaskan dalam waktu dekat," ucap salah satu sumber kepada Radio Free Asia (RFA).

Salah satu sumber menuturkan pada Kamis 22 Februari 2024, pihak berwenang China mengerahkan polisi bersenjata yang terlatih khusus di wilayah desa Wonto Atas, Kardze, dan menangkap 100 lebih biksu dari biara Wonto dan Yena.

Selain biksu, aparat juga menangkap penduduk setempat dan banyak di antara mereka yang dipukul hingga terluka.

Sejumlah video warga yang beredar memperlihatkan pihak berwenang China yang berseragam hitam secara paksa menahan para biksu. Biksu-biksu itu terdengar berteriak mendesak penghentian pembangunan.

Sejak beredar berita penahanan massal, banyak warga Tibet dari desa Wonto Atas yang bekerja di luar kota memilih pulang ke kampung halaman dan mendatangi pusat penahanan.

Sumber menuturkan warga Tibet pun sejak itu menggelar demo menuntut pembebasan ribuan warga tersebut.

Penangkapan ini berlangsung setelah warga menggelar demo menyerukan penghentian pembangunan pembangkit listrik tenaga air Gangtuo sejak 14 Februari lalu.

Pada 15 Februari lalu, RFA melaporkan setidaknya 300 warga berdemonstrasi di luar Balai Kota Kabupaten Dege untuk memprotes pembangunan bendungan Gangtuo. Bendungan ini bagian dari kompleks pembangkit listrik tenaga air 13 tingkat di Sungai Drichu dengan total kapasitas produksi listrik mencapai 13.920 megawatt.

Proyek bendungan ini berlokasi di Sungai Drichu, disebut Jinsha dalam bahasa China, yang terletak di hulu sungai Yangtze, salah satu aliran sungai terpenting di Negeri Tirai Bambu.

Warga Tibet sangat kecewa dengan pembangunan PLTA ini lantaran menyebabkan penghancuran enam biara utama dan dua desa juga harus direlokasi.

"Di masa lalu, para biksu dari Biara Wonto secara tradisional memimpin pertemuan doa besar dan melaksanakan semua kegiatan keagamaan," kata salah satu sumber.

"Kali ini, biara-biara sepi dan kosong. Sangat menyedihkan melihat biara-biara yang memiliki sejarah penting dipersiapkan untuk dihancurkan. Situasinya sama di Biara Yena."***

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar