Heboh Fenomena Aneh di Wilayah Arab, Ramai Warga Pilih Jadi Ateis

Minggu, 09/07/2023 09:54 WIB
Halloween di Arab Saudi (AP)

Halloween di Arab Saudi (AP)

Jakarta, law-justice.co - Sebagai informasi, Regional Arab dikenal dengan masyarakatnya yang lekat dengan stigma mereka atas unsur agama Islam yang kuat. Hal ini karena adanya bangunan, lokasi, dan banyaknya sejarah peradaban islam terjadi di wilayah tersebut.

Namun, belum lama ini warganet dibuat heboh dengan banyaknya mayoritas warga di negara tersebut yang ramai memilih menjadi ateis atau tak lagi memiliki kepercayaan pada keberadaan Tuhan dalam kurun waktu 10 tahun belakangan.

Melalui survei BBC International, ditemukan bahwa terjadi peningkatan persentase penduduk yang tak beragama di Arab sejak 2013 mulai dari 8% hingga 13% pada 2019. Kemudian dalam riset Iranian`s Attitudes Toward Religion (2020) terungkap bahwa 47% dari 40.000 responden mengaku telah beralih dari beragama menjadi ateis.

Sementara di Turki, negara yang 99% berpenduduk Muslim, tercatat mengalami peningkatan jumlah ateis dalam kurun 10 tahun terakhir. Lalu dalam laporan lembaga survei Konda pada 2019, ditemukan bahwa jumlah orang Turki yang mengaku menganut Islam telah turun dari 55% menjadi 51%.

Kemudian, melansir dari Deutsche Welle, di Mesir ada 10,7 juta dari 87 juta penduduk yang mengaku telah berpindah agama menjadi ateis. Lantas yang jadi pertanyaan terbesar, mengapa mereka melakukan hal demikian?

Menurut artikel Men Without God: The Rise of Atheism in Saudi Arabia yang ditulis Hannah Wallace menuliskan bahwa perpindahan agama tersebut tak terlepas dari sikap politik pemerintah yang menggunakan agama.

Akibatnya, penduduk yang kritis menolak dan menganggapnya politisasi. Semakin mudah mengakses dan berinteraksi dengan kelompok serupa di dunia maya juga mempengaruhi ini.

Kasus di Arab Saudi juga terjadi di Turki. Kepemimpinan Erdogan, diklaim menggeser konsep sekularisme Turki, yang telah diajarkan oleh Mustafa Kemal Ataturk.

Beberapa aturan ketat agama diterapkan seperti melarang minuman keras. Ini membuat beberapa kelompok mulai mengaku tak beragama.

Pendapat lain disampaikan oleh Tamer Fouad, koresponden hubungan internasional Guardian. Menurutnya ada dua hal penyebab meningkatnya ateisme di negara Arab.

Pertama, adanya pandangan negatif terhadap agama karena pemberitaan buruk. Mulai dari penghancuran masjid, pembakaran gereja, hingga aksi kekerasan lain atas nama agama.

Kedua, munculnya kegagalan kepemimpinan partai dan tokoh Islam pasca-Arab Spring. Arab Spring atau Musim Semi Arab yang berupaya menghadirkan demokratisasi dan perbaikan ekonomi kenyataannya gagal dilakukan oleh banyak negara yang dipimpin dua pihak tersebut.

Kegagalan negara untuk memperbaiki kualitas kehidupan politik dan ekonomi membuat rakyat kecewa. Akibatnya mereka tidak lagi memilih partai dan tokoh Islam sebagai pemimpin, sekaligus juga memilih untuk tidak lagi hidup dengan agama.

Meski begitu, Brian Whitaker di Al-bab menyebut menjadi orang Arab dan tak beragama sekaligus adalah hal sulit karena sangat berbahaya. Sebab, mereka bisa dikucilkan oleh keluarga, teman, dan lingkungan.

Bahkan bisa juga mendapat hukuman mati dari negara. Jadi, salah satu cara untuk lepas dari bahaya itu adalah dengan menyembunyikan statusnya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar