Butet Sindir Capres Dipantau KPK, Demokrat: Dia Sudah Bukan Budayawan!

Minggu, 25/06/2023 10:18 WIB
Ganjar Pranowo sambangi Butet Kartarejasa (Tempo)

Ganjar Pranowo sambangi Butet Kartarejasa (Tempo)

Jakarta, law-justice.co - Wakil Sekertaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (Wasekjen DPP) Partai Demokrat, Jansen Sitindaon buka suara merespons sindiran Budayawan Butet Kartaredjasa yang bermonolog di puncak perayaan Bulan Bung Karno di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (24/6/2023).

Diketahui, dalam monolognya, Butet menyinggung soal capres pilihan Jokowi, capres pandir hingga calon pemimpin hobi menculik.

Melalui akun twitter pribadinya, Jansen terang-terangan mengaku tak lagi menaruh respek terhadap Butet. Pasalnya, menurut dia, kini narasi yang disampaikan seniman asal Yogyakarta itu tak lagi menggambarkan sebagai seorang budayawan karena terlalu jauh main politik partisan.

Jansen menyebut, ini berbeda dengan pembawaan Butet di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dimana Butet dianggap salah satu budayawan yang kritis terhadap setiap kebijakan pemerintah.

“Di zaman pak SBY dia sangat banyak mengkritik namun dulu aku masih menganggap tinggi mas Butet ini,” cuit Jansen dikutip dari akun @jansen_jsp, yang juga menyertakan link berita Butet berjudul ‘Sindiran Butet di Panggung PDIP: Capres Pandir hingga Si Hobi Culik’, Sabtu (24/6/2023).

“Namun skrg SAH SUDAH. Dia ini kelasnya memang bukan Budayawan, tp sekedar seniman komersil saja. Dan partisan. Jd jgn terlalu tinggi lagi kita melihat dia!,” cetus Jansen.

Sontak cuitan Jansen tersebut rame-rame diamini warganet lainnya.

“Dulu sempat suka juga dgn guyonan2 yg khas ala budayawan satu ini disalahsatu program acara tv nasional….tp setelah tau..ya cukup tau…skrg dah gk simpatik lgi” timpal @Yom N’Friends.

“Kalau saya cuman kasihan saja, makin tua dan makin rapuh ndak banyakin istirahat tapi malah bikin narasi sampah” cuit @Muhaji_Jombang menimpali.

Sebagaimana diketahui, Butet Kartaredjasa monolognya, menyinggung banyak hal. Salah satunya, dia membahas orang yang pandir.

Diawali dengan pantun, Butet kemudian menyinggung soal sosok yang sedang dipantau oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tapi mengaku tengah dijegal.

“Ya, begitulah kalau otaknya pandir. Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat tambah daging empal,” kata Butet

“Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eeehhh lah kok koar-koar mau dijegal,” lanjutnya.

Monolog Butet kemudian lanjut membahas calon presiden pilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, capres pilihan Jokowi adalah sosok pekerja keras.

“Jagoan Pak Jokowi rambutnya warna putih, gigih bekerja sampai jungkir balik,” ujar dia.

Butet kemudian berujar Indonesia akan bersedih jika presiden terpilih adalah tukang culik. Apalagi, kata dia, menang dengan modal politik transaksional.

“Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih, jika kelak ada presiden hobinya kok menculik,” ucapnya.

“Ini yang terakhir, cucu komodo mengkerek kadal. Tak lezat digulai walaupun pakai santan. Kalau pemimpin modalnya cuma transaksional, dijamin bukan tauladan,” imbuhnya.

Sebelumnya, ada dua nama lain yang diusung menjadi capres dari koalisi partai berbeda, selain Ganjar Pranowo. Partai NasDem dan koalisinya, Partai Demokrat serta PKS mengusung Anies Baswedan.

Sementara itu, satu nama lagi adalah Prabowo Subianto yang diusung oleh Partai Gerindra.

Deputi Analisa Data dan Informasi DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution mengatakan banyak pihak yang berusaha menggagalkan terbentuknya Koalisi Perubahan yang digagas partainya, NasDem, dan PKS untuk mengusung Anies Baswedan di Pilpres 2024.

“Sejak awal pembentukan koalisi ini membutuhkan pemikiran tenaga dan berbagai macam energi hingga Koalisi Perubahan bisa dibentuk. Dan jangan lupa banyak juga yang berusaha gagalkan terbentuknya Koalisi Perubahan yang digagas Demokrat, NasDem, dan PKS,” kata Syahrial dalam keterangan tertulisnya, Selasa (31/1/2023).

Sementara itu, sejak mengajukan sebagai capres, Prabowo Subianto kerap dikritik terkait dugaan pelanggaran HAM. Prabowo disebut-sebut terlibat dalam pelanggaran HAM Berat kasus kerusuhan Mei 1998.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar