Ketika Negara Kaya G7 Justru Punya Utang ke Negara-negara Miskin

Kamis, 18/05/2023 19:40 WIB
Negara-negara G7 (Bisnis)

Negara-negara G7 (Bisnis)

Jakarta, law-justice.co - Kelompok negara kaya G7 disebut berutang kepada negara-negara miskin sekitar USD13 triliun atau sekitar Rp193.050 triliun (kurs Rp14.850/USD).

Utang tersebut berupa bantuan pembangunan yang belum dibayarkan. Biaya ini juga sebagai dukungan dalam memerangi perubahan iklim.

Badan amal Inggris Oxfam menyebut alih-alih memenuhi kewajiban mereka, negara-negara G7 dan bank-bank mereka malah menuntut pembayaran utang sebesar USD232 juta per hari.

"Negara-negara G7 yang kaya suka menampilkan diri mereka sebagai penyelamat, namun sebenarnya mereka menerapkan standar ganda yang mematikan, mereka bermain dengan satu set aturan. Sementara bekas jajahan mereka dipaksa bermain dengan aturan yang lain," ucap Direktur Eksekutif Interim Oxfam Amitabh Behar, dalam sebuah pernyataan, Kamis, 18 Mei 2023.


Bantuan tak pernah dipenuhi

Behar menekankan, sebenarnya negara-negara kaya lah yang berutang kepada negara miskin. Pasalnya, bantuan yang dijanjikan negara kaya beberapa dekade lalu tidak pernah diberikan.

"Ini bersumber dari biaya besar akibat kerusakan iklim yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil yang sembrono, kekayaan besar yang dibangun di atas kolonialisme dan perbudakan," jelas dia.

Pada 2009, negara-negara maju berjanji untuk mentransfer USD100 miliar per tahun pada 2020-2025 kepada negara-negara rentan yang terkena dampak dan bencana terkait iklim yang semakin parah. Namun nyatanya, bantuan tersebut tidak pernah terpenuhi.

Para pemimpin G7 pun diharapkan untuk menegaskan kembali tujuan iklim mereka dalam pertemuan puncak di Hiroshima, Jepang, pada 19-21 Mei.

Negara-negara berkembang mengatakan, mereka membutuhkan lebih banyak dukungan dari negara-negara kaya. Jika tidak, mereka tidak akan mampu mengurangi emisi CO2.

Jepang cairkan USD70 miliar

Di sisi lain, Wakil Menteri Lingkungan Global di Kementerian Lingkungan Hidup Jepang Ono Hiroshi mengatakan, pihaknya telah mulai mencairkan dana sebesar USD70 miliar dari total pembiayaan yang telah dijanjikannya selama lima tahun. "Semua negara harus mengikuti contoh yang baik dari Jepang agar kita dapat mencapai target USD100 miliar," ujar Hiroshi.

Oxfam mengatakan, para pemimpin G7 mengadakan pertemuan karena miliaran pekerja menghadapi pemotongan gaji dan kenaikan harga yang tajam.

"Kelaparan global telah meningkat selama lima tahun berturut-turut, sementara kekayaan ekstrem dan kemiskinan ekstrim telah meningkat secara bersamaan untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir,” tegasnya.

G7 harus bayar utangnya!

Diketahui, G7 adalah rumah bagi 1.123 miliarder dengan kekayaan gabungan sebesar USD6,5 triliun. Kekayaan negara-negara anggota G7 telah meningkat secara riil sebesar 45 persen selama 10 tahun terakhir.

Sementara itu, emisi karbon dari negara-negara kaya diperkirakan telah menyebabkan kerugian dan kerusakan sebesar USD8,7 triliun di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

"G7 harus membayar utang-utangnya. Ini bukan tentang niat baik atau amal, ini adalah kewajiban moral," jelas Behar.

 

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar