Faisal Basri Desak Pemerintah Hentikan Gerus Alam Demi Ekonomi

Jum'at, 09/12/2022 10:59 WIB
Ekonom Senior Indef, Faisal Basri. (Foto: Top Business).

Ekonom Senior Indef, Faisal Basri. (Foto: Top Business).

Jakarta, law-justice.co - Pakar Ekonomi Senior, Faisal Basri mengingatkan pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk berubah dan tidak lagi menggerus alam untuk kepentingan ekonomi.

Menurutnya, sudah saatnya pemerintah melakukan pembangunan secara inklusif. Sebab, jika dalam perekonomian hanya mengandalkan sektor energi, itu hanya menguntungkan korporasi saja.

Tidak hanya itu, fokus juga akan menimbulkan konflik dan kerusakan alam.

"Saatnya kita bertransformasi dari ekonomi yang cuma mengekstraksi alam ke ekonomi yang sinergi," kata Faisal dalam Twitter Space Trend Asia seperti dikutip pada Kamis (8/12).

Dia mengatakan sinergi yang dimaksud adalah rakyat harus dijadikan subjek, bukan objek. Apalagi, saat ini semua pihak tengah sama-sama melawan emisi rumah kaca.

Faisal kembali menekankan jangan sampai kekayaan alam Indonesia yang merupakan anugerah berubah menjadi bencana. Menurutnya, yang paling dirugikan dari kerusakan alam adalah generasi yang akan datang.

"Kuncinya bagi perbaikan alam ini adalah kelompok anak muda. Anak muda bersuaralah lebih lantang karena kepentingan kalian lebih panjang," imbuhnya.

Lebih lanjut, Faisal mengatakan pemerintah perlu mengedepankan konsep ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan, kata dia, merupakan konsep perlawanan terhadap ekonomi kapitalistik yang hanya mengutamakan kepentingan pemodal saja.

"Kita tahu model ekonomi sekarang yang untung besar adalah yang (pengusaha) besar-besar, yang kita sebut oligarki," ucap Faisal.

Dia mengatakan yang mendapat akses untuk sumber daya alam strategis seperti batu bara, nikel, timah hanya pengusaha besar. Sementara, rakyat hanya menjadi salah satu faktor produksi dan konsumen.

Menurutnya, jika hal ini terus dilakukan, demokrasi dan kedaulatan ekonomi tidak akan tercapai.

"Nah, ekonomi kerakyatan mencoba untuk menepis gagasan yang nyata-nyata 50 tahun terakhir menciptakan jurang kaya-miskin yang semakin lebar. Yang kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin," papar Faisal.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar