WNI Diimbau KJRI Shanghai Agar Tak Ikut Demo Desak Xi Jinping Mundur

Selasa, 29/11/2022 07:54 WIB
Demo Tolak Kebijakan Covid & Desak Xi Jinping Mundur Meluas di China. (Tangkapan Layar Video Viral di Twitter).

Demo Tolak Kebijakan Covid & Desak Xi Jinping Mundur Meluas di China. (Tangkapan Layar Video Viral di Twitter).

Jakarta, law-justice.co - Konsulat Jenderal Republik Indonesia (RI) di Shanghai, China, mengimbau seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di wilayah itu agar tidak terlibat dalam demonstrasi yang baru-baru ini berlangsung di kota hub finansial Negeri Tirai Bambu.

Imbauan itu keluar ketika ribuan warga China turun ke jalan di berbagai kota besar seperti Shanghai, Beijing, hingga Guangzhou untuk memprotes kebijakan ketat lockdown pandemi Covid-19 dan menuntut Presiden Xi Jinping mundur.

"Merujuk situasi terkini dari adanya berbagai aksi di Shanghai dan kota lainnya, sebagaimana himbauan sebelumnya, bersama ini KJRI Shanghai mengimbau kepada seluruh WNI khusus yang berada pada wilayah kerja KJRI[...]untuk tidak ikut serta/terlibat/berada pada aksi/protes warga setempat terkait situasi pandemi atau isu-isu domestik Tiongkok lainnya," bunyi imbauan KJRI Shanghai.

Selain itu, KJRI Shanghai juga mengimbau WNI untuk tetap tertib menerapkan protokol kesehatan dimana pun berada dan mengikuti instruksi pemerintah setempat.

Presiden Xi Jinping menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah ribuan warga China turun ke jalan di sejumlah kota-kota besar demi menuntutnya mundur.

Demonstrasi sporadis ini dilaporkan pertama kali dipicu oleh kebakaran apartemen di Urumqi, Xinjiang, yang menewaskan 10 orang pada pekan lalu itu.

Para warga menganggap korban berjatuhan karena petugas pemadam kebakaran terlambat tiba di lokasi lantaran terhambat lockdown yang terlalu ketat.

Sejak itu, amarah publik terus meluas secara spodaris hingga ke Ibu Kota Beijing, Guangzhou, bahkan Shanghai selama akhir pekan kemarin.

"Turun, Xi Jinping! Turun, Partai Komunis!" teriak banyak pedemo di Shanghai pada Minggu (27/11).

Pada Sabtu, demonstran pecah di Shanghai, tepatnya di jalan Wulumuqi yang merupakan Urumqi dalam bahasa Mandarin.

Tak peduli dengan tekanan aparat, massa malah makin besar menjelang malam hari. Mereka meneriakkan slogan-slogan seperti, "Xi Jinping mundur! Partai Komunis China mundur!"

Di hari itu pula, unjuk rasa lainnya pecah di berbagai kota di China, termasuk ibu kota Beijing. Di pagi hari, sekitar 200-300 mahasiswa berunjuk rasa di salah satu kampus elite di Beijing, Universitas Tsinghua.

Satu video yang sudah diverifikasi AFP menunjukkan para mahasiswa berteriak, "Demokrasi dan supremasi hukum. Kebebasan berekspresi."

Menjelang siang hari, demonstrasi pecah di kota lain. Sejumlah video menunjukkan massa beraksi di Guangzhou dan Chengdu, tapi AFP belum bisa memverifikasi video tersebut.

Di malam hari, sekitar 400 orang berunjuk rasa di pinggir sungai Beijing. Selama beberapa jam, mereka tak henti berteriak, "Kami semua orang Xinjiang! Pergilah orang China!"

Para demonstran juga mengacungkan kertas putih, melambangkan sistem sensor yang terlampau ketat di China. Mobil-mobil yang melintas membunyikan klakson, tanda dukungan bagi para demonstran.

Pada Senin (28/11) dini hari sekitar pukul 02.00, polisi paramiliter mulai diterjunkan untuk membantu aparat mengamankan demonstrasi. Sejumlah pedemo dan wartawan, termasuk jurnalis asing, juga dilaporkan ditahan polisi China selama demonstrasi tersebut.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar