Usaha `Cuci Tangan` Polisi Atas Tragedi Kanjuruhan Dikecam (3)

Rabu, 05/10/2022 19:00 WIB
Suporter Arema FC, Aremania masuk kedalam area dalam stadion yang menyebabkan kerusuhan usai laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022). Puluhan orang meninggal dalam tragedi ini. Arema FC kalah melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. Foto: Tunggadewi

Suporter Arema FC, Aremania masuk kedalam area dalam stadion yang menyebabkan kerusuhan usai laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022). Puluhan orang meninggal dalam tragedi ini. Arema FC kalah melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. Foto: Tunggadewi

law-justice.co - Anggota DPR Fadli Zon menilai kepolisian adalah pihak yang harus bertanggung jawab atas tragedi di Stadion Kanjuruhan. Menurut Fadli, gas air mata yang diluncurkan aparat dalam upaya penertiban suporter jadi penyebab utama ratusan korban berjatuhan.


"Kita sangat prihatin, ya, masalah Kanjuruhan ini. Dan harusnya bisa ada secara cepat paling tidak siapa yang bertanggung jawab supaya ini tidak terulang lagi," kata Fadli Zon di Gedung DPR RI, Rabu (5/10/2022).

"Muter-muter, kemudian tidak jelas dan dicari kambing hitam atau salah menyalahkan. Menurut saya kuncinya di situ jelas gas air mata. Penerapan gas air mata di lapangan yang kabarnya itu tidak diperbolehkan oleh FIFA sendiri, jelas," imbuh dia.

Menurut Fadli, seharusnya aparat bisa saja mengantisipasi kerusuhan pasca pertandingan dengan water canon. Ia mengkritik keras cara Polri menggunakan gas air mata, seakan penonton pertandingan Arema FC dan Persebaya Surabaya itu adalah musuh.


"Kenapa kalau misalnya mau mempersiapkan, mau antisipasi, itu bukan water canon? Bukan air yang netral? [Kalau pakai air] tentu enggak akan banyak korban apa lagi sampai meninggal gitu. Paling orang berjatuhan atau apa. Saya kira harus ada ditinjau ulang prosedur penanganan itu," ujar dia.

"Rakyat itu bukan musuh, apalagi ini suporter sepak bola. Mereka datang ke situ untuk santai-santai, menikmati hiburan, untuk mengapresiasi tim yang bertanding olahraga, jangan dianggap musuh. Enggak boleh."- Fadli Zon
"Mentalitas seperti ini yang harus diubah dari aparat penegak hukum juga, aparat keamanan," tambah dia.

Fadli melanjutkan, peristiwa Kanjuruhan juga disoroti dunia bahkan berdampak pada presidensi Indonesia dalam penyelenggaraan P20 dan G20. Padahal seharusnya tragedi tersebut tak perlu terjadi apabila ada penanganan yang baik dari pihak kepolisian.

"Hampir semua memberikan condolences. Barusan saya makan siang dengan Ketua Parlemen Inggris, dia juga memberikan duka cita yang mendalam, sangat tragis. Apalagi Inggris adalah salah satu pusat permainan olahraga sepak bola dunia dan di situ tidak pernah ada kejadian yang luar biasa seperti ini, yang tidak perlu sama sekali gitu. Unecessary tragedy," ungkap dia.

Fadli pun menilai Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta seharusnya dicopot sebagai pertanggung jawaban.

"Harusnya ada yang bertanggung jawab. Harusnya Kapolda juga diganti aja, kan itu aspirasi masyarakat juga, jadi harus sensitif lah melihat. Kalau misalnya memang betul tanggung jawab, kalau di luar negeri itu bukan dicopot ya, mundur. Jadi masih revolusi mentalnya tuh jalan, mereka mengundurkan diri," kata Waketum Partai Gerindra itu.

"Baik itu Kapolres, Kapolda. Kejadian Shinzo Abe, ya, di sana bukan hanya mundur, bahkan ada yang bunuh diri. Ya, karena gagal. Kita, kan, tidak ada tradisi itu. Ya, paling enggak harusnya tradisinya, tradisi malu lah kalo gagal. Tapi ternyata malu pun udah enggak ada gitu," tandas dia.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar