Usaha `Cuci Tangan` Polisi Atas Tragedi Kanjuruhan Dikecam (2)

Rabu, 05/10/2022 18:40 WIB
Tragedi Kanjuruhan (Foto : CNN)

Tragedi Kanjuruhan (Foto : CNN)

Jakarta, law-justice.co - Aparat menembakkan gas air mata saat meredam aksi anarkis suporter usai laga Arema FC vs Persebaya, di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam. Padahal, FIFA melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepakbola.


Dilansir dari detikSport, FIFA Stadium Safety and Security Regulations menyebutkan penggunaan gas air mata sebenarnya dilarang. Pasal 19 b) tertulis, `No firearms or "crowd control gas" shall be carried or used`. Kurang lebih artinya dilarang menggunakan senjata api atau gas untuk mengontrol kerumunan.

Dilansir dari detikNews, kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan Malang saat laga Arema FC vs Persebaya pecah berujung tewasnya 127 orang. Ada tembakan gas air mata dalam kerusuhan itu.


Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menyebut suporter Arema FC merasa kecewa karena timnya kalah. Untuk melampiaskan kekecewaannya itu, suporter turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan official Arema FC.

"Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," kata Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10/2022) lalu

"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah menyerang petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata," tambahnya.

Setelah polisi menembakkan gas air mata, para suporter itu berhamburan ke satu titik keluar stadion. Saat itulah terjadi penumpukan suporter hingga kekurangan oksigen.

"Di dalam proses penumpukan itulah terjadi. kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," ucapnya.

Untuk diketahui, dalam laga lanjutan Liga 1 2022 itu Singo Edan diterkam Bajul Ijo 2-3 setelah saling balas membalas keunggulan. Kemenangan Persebaya ini sekaligus mematahkan rekor 23 tahun. Sebab Bajul Ijo tak pernah menang selama bermain di Malang sejak Liga 1 bergulir.


Sementara itu, manajemen Arema FC sudah membuat pernyataan terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan. Mereka meminta maaf dan siap ikut tanggung jawab dengan apa yang sudah terjadi.

"Arema FC menyampaikan duka mendalam atas musibah di Kanjuruhan. Manajemen Arema FC turut bertanggung jawab untuk penanganan korban baik yang telah meninggal dunia dan yang luka-luka," ungkap Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris.

"Manajemen juga akan membentuk crisis center atau posko informasi yang menghimpun dan menerima laporan untuk penanganan korban yang dirawat di rumah sakit," tambah Haris.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar