Meski Bisa Dihindari, Mengapa Banyak Negara Terjerat Resesi Ekonomi?

Selasa, 04/10/2022 20:20 WIB
Bos IMF Kristalina Georgieva (Reuters)

Bos IMF Kristalina Georgieva (Reuters)

Jakarta, law-justice.co - Krisis global dapat dihindari jika kebijakan fiskal pemerintah konsisten dengan pengetatan kebijakan moneter. Meskipun resesi global dapat dihindari kemungkinan akan ada negara yang jatuh ke dalam resesi tahun depan.


Direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan dalam konteks pengetatan kebijakan moneter, kebijakan fiskal tidak bisa tinggal diam karena krisis biaya hidup menghantam sebagian masyarakat secara dramatis.

"Kami memang membutuhkan bank sentral untuk bertindak tegas. Mengapa, karena inflasi sangat keras kepala. Ini buruk bagi pertumbuhan dan sangat buruk bagi orang miskin. Inflasi adalah pajak bagi orang miskin," kata Georgieva dikutip dari Channel News Asia, Selasa (4/10/2022)

Dia menambahkan kebijakan fiskal yang tanpa pandang bulu dengan menekan harga energi dan memberikan subsidi bertentangan dengan tujuan kebijakan moneter.

"Jadi, Anda memiliki kebijakan moneter yang menginjak rem dan kebijakan fiskal yang menginjak akselerator," katanya.

Pemerintah di seluruh dunia telah berusaha melawan inflasi dan kekurangan pangan yang tinggi dengan mengikuti kenaikan suku bunga Federal Reserve AS. Hal ini mengirimkan gelombang kejutan pasar keuangan dan ekonomi.

Sebelumnya sebuah badan PBB memperingatkan konsekuensi serius dari resesi global yang disebabkan oleh kebijakan moneter bagi negara-negara berkembang. Ini menyerukan strategi baru, termasuk pajak rejeki nomplok perusahaan, upaya sisi penawaran dan regulasi spekulasi komoditas.

Georgieva meminta The Fed untuk sangat berhati-hati dalam kebijakannya dan memperhatikan dampak limpahan ke seluruh dunia sekaligus menambahkan tanggung jawabnya sangat tinggi.

IMF melihat pasar tenaga kerja di Amerika Serikat masih cukup ketat, permintaan masih cukup signifikan untuk barang dan jasa dan The Fed harus melanjutkan pengetatan di lingkungan itu.

"Kami kemungkinan melihat pengangguran naik dan itu akan menjadi waktu bagi The Fed untuk mengatakan bahwa kami telah melakukan pekerjaan kami. Kami dapat mengurangi di masa depan. Kami belum sampai di sana," jelas dia.

IMF menyetujui pinjaman pangan baru di bawah instrumen pembiayaan darurat untuk membantu negara-negara yang alami kekurangan pangan dan biaya tinggi disebabkan inflasi yang diperburuk oleh perang Rusia di Ukraina.

Georgieva mengatakan antara 10 dan 20 negara, kebanyakan dari mereka di Afrika, kemungkinan akan meminta akses dan memenuhi syarat untuk menerima dana. Dia menyoroti misi IMF di Malawi, dengan mengatakan bahwa negara tersebut dapat masuk ke dalam perjanjian pinjaman IMF penuh setelah menerima pembiayaan darurat.

Dana tersebut juga dalam diskusi lanjutan dengan Mesir dan Tunisia, tambah Georgieva, karena kedua pemerintah sedang berjuang di bawah krisis ekonomi yang telah membebani keuangan publik.

"Saya dapat mengonfirmasi kedua negara kita berada dalam tahap yang sangat maju dalam membahas kesepakatan tingkat staf, apakah itu dalam beberapa hari atau minggu, sulit diprediksi tetapi akan segera," katanya.

"Kami sedang melihat program yang cukup besar. Ukuran pastinya selalu ditentukan melalui negosiasi dan diselesaikan dengan pihak berwenang," jelas dia.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar