Krisis Politik Irak, 15 Orang Tewas Ditembak saat Chaos

Selasa, 30/08/2022 09:40 WIB
Krisis Politik Irak (Net)

Krisis Politik Irak (Net)

Irak, law-justice.co - Krisis politik berujung kekerasan kini terjadi di negara kaya minyak Irak. Produsen kedua minyak OPEC itu kini dilanda kerusuhan.
Hal ini terjadi usai ulama Syiah, Moqtada Sadr, memutuskan berhenti dari politik, Senin. Ini memicu kekacauan di mana 15 pendukungnya tewas.

Bagaimana kronologinya?

Ini dimulai sejak Oktober tahun lalu. Blok Sadr memenangkan banyak suara parlemen, sebanyak 73 kursi, namun tak mencapai mayoritas.

Hal ini membuat gonjang ganjing berbulan-bulan. Pencalonan Sadr sebagai perdana menteri tak jua mulus.

Di Juli, parlemen tiba-tiba mengumumkan kandidat lain sebagai PM baru. Ia adalah Mohammed al-Sudani.

Hal tersebut membuat marah pendukung Sadr. Pendukungnya memprotes pencalonan dan menyerbu ruang parlemen serta meminta parlemen bubar.

Krisis politik berlarut-larut membuat Sadr membuat pernyataan baru. Ia mengatakan semua pihak termasuk dirinya harus menyerahkan posisi pemerintah untuk membantu menyelesaikan krisis politik.

Puncaknya adalah kemarin. Sadr memutuskan tak akan ikut campur lagi di politik.

"Saya telah memutuskan untuk tidak ikut campur dalam urusan politik. Oleh karena itu saya mengumumkan sekarang pensiun definitif saya," kata Sadr, dikutip AFP, Selasa (30/8/2022).

Dia menambahkan bahwa "semua institusi" yang terkait dengan gerakan Sadris akan ditutup. Kecuali makam ayahnya, yang dibunuh pada tahun 1999, dan fasilitas warisan lainnya.

Hal ini kemudian membuat massa pendukungnya mengamuk. Mereka kemudian menyebu Istana Republik di Zona Hijau Baghdad, di mana kantor pemerintahan dan perwakilan asing bereda.

Sebuah sumber keamanan menyebut penembakan menargetkan Zona Hijau bahkan terjadi. Namun begitu jelas siapa dibalik penembakan.

Sumber sempat mengatakan pendukung Sadr melepaskan tembakan ke Zona Hijau dari luar. Namun, tambahnya, pasukan keamanan di dalam "tidak menanggapi".

"Sedikitnya tujuh peluru jatuh di Zona Hijau dengan keamanan tinggi" kata sumber keamanan itu,

Meski demikian, dalam update, medis melaporkan 15 pendukung Sadr tewas ditembak mati. Sementara 350 lainnya terluka, beberapa dengan luka tembak dan yang lainnya menderita inhalasi gas air mata.

Saksi mata mengatakan bahwa loyalis Sadr kemungkinan baku tembak dengan pendukung blok Syiah saingannya, Kerangka Koordinasi pro-Iran. Kerangka Koordinasi sendiri mengaku mengutuk "serangan terhadap lembaga negara" dan mendesak Sadrists untuk terlibat dalam "dialog".

Pemerintah Iraq yang masih menjabat PM Mustafa al-Kadhemi mengatakan "pasukan keamanan atau militer dan orang-orang bersenjata" dilarang menembaki pengunjuk rasa. Ia menyebut perkembangan ini sebagai eskalasi berbahaya.

"Kelangsungan hidup negara dipertaruhkan," katanya memberi peringatan.

Tentara sendiri mengumumkan jam malam nasional mulai pukul 19:00 maktu setempat. Misi Bantuan PBB di Irak (UNAMI) mendesak "semua" pihak untuk "menahan diri dari tindakan yang dapat mengarah pada rangkaian peristiwa yang tak terbendung".

Sementara itu, protes menyebar ke bagian lain negara itu. Pengikut Sadr menyerbu gedung-gedung pemerintah di kota Nasiriyah dan Hillah di selatan Baghdad.

Seorang pengamat dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri (ECFR) Hamzeh Hadad memberi komentar. Ia mengatakan tidak jelas apa yang dilakukan Sadr.

"Apa pun artinya, dalam gaya Sadrist yang khas, selalu ada kemunduran yang diharapkan," kata Hadad.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar