Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat

Jalan Menuju RI-1 dan Upaya Mengembalikan Kejayaan Partai Demokrat

Kamis, 07/07/2022 22:07 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (ist)

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (ist)

Jakarta, law-justice.co - Konstelasi politik jelang 2024 kian meningkat dan dinamikanya cukup tinggi. Sejumlah petinggi partai politik mulai ambil ancang-ancang, melakukan sejumlah pertemuan untuk membahas berbagai kemungkinan koalisi atau kerja sama pada pilpres mendatang.

Hal itu juga dilakukan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, atau akrab dipanggil AHY.

Dalam beberapa bulan terakhir, ia terlihat rajin sowan ke sejumlah petinggi partai politik, diantaranya adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, dan baru-baru ini ia menemui Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Kepada law-justice.co, AHY mengatakan, sebagai Ketum Partai Demokrat, ia membuka komunikasi lebar-lebar dengan seluruh stakeholder politik, utamanya para pimpinan partai.

"Hampir semua pimpinan partai sudah saya temui, untuk meyakinkan bagaimana arah kepemimpinan nasional ke depan," ujar AHY ketika diwawancarai law-justice.co.

Meski begitu, AHY mengatakan, hingga kini komunikasi dengan para petinggi parpol masih cair dan belum sampai pada sebuah kesimpulan ataupun keputusan tertentu.

Menurut AHY, ia dan sejumlah ketum parpol masih mencoba menemukan dan merajut visi yang sama tentang masa depan Indonesia. Seiring dengan hal itu, Partai Demokrat terus mematangkan langkah, sebab potensi koalisi dengan sejumlah mitra partai politik masih terbuka lebar.

Menurut dia, hal tersebut menunjukkan betapa dinamisnya perpolitikan itu. Namun ia yakin, semua itu pada akhirnya akan kembali pada kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara Indonesia.

"Hampir semua partai politik memiliki visi dan misi yang serupa tentang masa depan bangsa menuju 2024. Yang pasti, kita harus bekerja bersama-sama, tanpa membedakan warna politik kita masing-masing," kata AHY mantap.

Terkait dengan perbedaan ideologi maupun kepentingan masing-masing partai politik, AHY mengatakan, bahwa saat ini adalah momen yang tepat di mana setiap parpol berusaha untuk menghilangkan sekat-sekat identitas.

Hal tersebut dilakukan agar komunikasi antar parpol bisa berjalan mulus sehingga masing-masing parpol dapat memiliki kesamaan visi dan misi untuk masa depan Indonesia.

Jalan menuju RI-1

Setiap partai politik tentunya memiliki keinginan untuk berkuasa. Menduduki kursi presiden atau wakil presiden adalah salah satu targetnya.

Hal tersebut tentunya juga diinginkan oleh Partai Demokrat. Terkebih partai berlambang Mercy ini pernah berkuasa selama 10 tahun, pada 2004 hingga 2014, di bawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun seperti apa jalan untuk menuju kesana?

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan, hingga kini ia dan partainya belum menentukan figur calon presiden yang akan diusung pada pilpres 2024 mendatang. Termasuk apakah namanya juga akan didorong untuk masuk dalam bursa capres 2024.

Namun AHY tetap berikhtiar untuk memastikan terbentuknya tiket koalisi 20 persen menuju pilpres 2024. Karena itulah, kini ia getol sowan, bertemu dan berkomunikasi dengan sejumlah ketua parpol, untuk menjajaki segala kemungkinan untuk terbentuknya koalisi.

"Kita buka semua saluran komunikasi. Demokrat tidak memiliki beban untuk menjalin koalisi dengan siapapun," tegasnya.

Mengenai figur atau calon yang akan diusung nanti oleh koalisi, AHY menyatakan hal itu tergantung dari kesepakatan para pimpinan parpol koalisi. Dan yang tak kalah penting, tambah dia, calon tersebut merupakan sosok yang dikehendaki oleh rakyat.

Hingga kini pun ia belum mematok target, apakah akan maju sebagai calon presiden atau calon wakil presiden. AHY menyadari, bahwa hal keputusan itu tidak bisa ia ambil seorang diri, melainkan harus menjadi satu suara dengan pimpinan parpol koalisinya.

"Komunikasi politik lintas partai sedang dijalakankan untuk merumuskan koalisi yang solid. Kita belum bicara simulasi nama pasangan Capres-Cawapres. Mengingat dinamika masih sangat cair, sehingga segala kemungkinan bisa terjadi," ujarnya.

Target jika nanti jadi presiden

Meski begitu, bukan berarti AHY tidak memiliki rencana atau gambaran target, jika nanti ia diberi amanah untuk menjadi presiden atau wakil presiden di 2024.

Ia mengatakan, jika nanti ia menjadi presiden atau wakil presiden, maka fokusnya adalah untuk memperkuat daya tahan dan daya saing bangsa Indonesia di kancah global.

Menurut dia, hal tersebut menjadi penting, karena salah satu upaya agar Indonesia bisa tetap berjaya adalah dengan memenangkan atau survive dalam persaingan global.

"Membangun daya saing bangsa juga merupakan pekerjaan besar lintas generasi; dibutuhkan kerja keras, sinergi, kolaborasi, serta kebersamaan dan persatuan yang teguh, antar semua komponen bangsa," kata AHY.

Sementara untuk dalam negeri, jika nanti terpilih menjadi presiden atau wakil presiden, AHY sedikitnya memiliki tiga fokus utama, dimana ketiga hal tersebut menurutnya adalah hal-hal krusial yang seang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

Pertama membangkitkan kembali pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut AHY, perekonomian Indonesia masih belum bangkit, setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Jauh sebelum pandemi, AHY juga menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tak terlalu menggembirakan, yakni stagnan di angka 5 persen. Sementara untuk membangkitkan ekonomi Indonesia, sedikitnya dibutuhkan pertumbuhan sebesar 6 atau 7 persen, agar sektor riil bisa bergerak dan lapangan kerja bisa tercipta.

Masalah krusial ke dua yang tengah dihadapi Indonesia saat ini adalah kemunduran demokrasi. Menurut AHY, hal tersebut bisa dilihat dari sejumlah indikasi, diantaranya eksploitasi politik identitas, melemahnya kebebasan sipil, menguatnya post-truth politics.

"Semua itu berpotensi mengarahkan Indonesia kembali pada era pra-reformasi," sambung AHY. Dan yang terakhir adalah adanya problem transparansi dan ketidakmampuan memprioritaskan kebijakan publik.

Menurut AHY, hal tersebut mengakibatkan lahirnya banyak undang-undang kontroversial yang sarat kepentingan ekonomi-politik tertentu tiba-tiba diselundupkan dan disahkan, politisasi penegakan hukum juga semakin menguat, serta kebijakan-kebijakan yang tidak urgen sering dipaksakan meskipun menyadari kapasitas anggaran negara sedang kurang sehat dan kurang memadai.

Tiga hal tersebutlah yang akan menjadi prioritasnya, jika nanti AHY diberi amanat untuk menjadi presiden maupun wakil presiden.

Merespon survei dengan Anies Baswedan

Dalam sejumlah survei tentang calon presiden dan calon wakil presiden, nama AHY kerap muncul. Meskipun bukan sebagai calon presiden, sosok AHY selalu menjadi primadona karena dianggap mewakili kalangan pemuda di kancah perpolitikan Indonesia.

Dan sedikitnya ada tiga lembaga survei yang mesimulasikan dirinya bersama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Dari simulasi tersebut, pasangan Anies AHY mendapatkan persentase tertinggi, yakni 29,8 persen.

Angka ini melampaui sejumlah nama lainnya seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Puan Maharani, Sandiaga Uno dan Erick Thohir.

Terkait hasil survei tersebut, AHY mengaku tidak mau terbuai. Ia dan partainya menjadikan hasil survei tersebut sebagai bahan pertimbangan dan referansi untuk langkah politik ke depannya.

"Terima kasih atas dukungan dan kepercayaan yang terepresentasikan dalam survei- survei tersebut. Kami ikut mencermati dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan," ujar AHY.

Terlebih, keputusan dirinya maju atau tidak dalam kontestasi pilpres 2024 mendatang, semua itu tergantung keputusan para pemimpin partai politik yang akan menjadi koalisinya nanti.

Sampai saat ini, sangat terbuka ruang untuk kedua posisi itu. Pendaftaran capres dan cawapres masih 16 bulan lagi. Masih dinamis ke depannya dan masih banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Kader-kader dan konstituen Partai Demokrat di seluruh Indonesia, banyak yang menginginkan Mas AHY bisa menjadi capres di 2024.
 
Hanya saja, ada mekanisme di internal Partai Demokrat dalam menentukan capres atau cawapres sesuai dengan AD/ART. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ketum AHY di berbagai kesempatan pula, kita bangun koalisi dulu, dan kita ikuti kesepakatan di dalam koalisi mengenai siapa capres-cawapres yang bakal diusung di Pilpres 2024.  
 
Belum ada aspirasi ataupun pembicaraan mengenai opsi lain misalnya AHY menjadi menteri, ujar Kepala Bakomstra Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra.

Lalu bagaimana AHY menilai sosok Anies Baswedan? Apakah Anies sudah memiliki kriteria sebagai calon presiden menurutnya? AHY mengakui, bahwa Anies adalah salah satu figur potensial untuk maju di pilpres 2024 mendatang.

Namanya bisa disandingkan dengan sejumlah nama calon potensial lainnya seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Puan Maharani, Ridwan Kamil dan sejumlah nama lainnya.

Terkait itu, AHY mengaku sering berdiskusi dengan Anies mengenai sejumlah hal, terlebih pada 2017 lalu, ia dan Anies pernah menjadi rival dalam pilkada DKI Jakarta. "Mas Anies adalah sahabat lama saya. Dulu memang kami pernah berkompetisi di Pilkada DKI, namun persahabatan kami tetap berjalan. Kami sering bertukar pikiran dan berdiskusi tentang berbagai isu kebijakan publik," urai AHY.

 

Pelajaran dari kegagalan

Dalam kancah perpolitikan, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY pernah menjajal kontestasi pemilihan kepala daerah, pada 2017 silam. Kala itu ia dijagokan oleh sejumlah partai politik untuk menjadi salah satu calon Gubernur DKI Jakarta bersama Silviana Murni sebagai calon wakilnya.

Saat itu, AHY berhadapan dengan dua calon gubernur DKI lainnya, yakni Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Namun langkah AHY terhenti di putaran pertama Pilgub DKI Jakarta. Ia harus merelakan dirinya berdiri di luar gelanggang sambil menyaksikan Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama bertarung.

Dari kegagalan itu, AHY mengaku mendapatkan banyak pelajaran dan hikmah yang bisa dijadikan belak untuk melangkah lebih baik di kemudian hari. "Saya meyakini, kekalahan di Pilkada DKI dulu merupakan bagian dari proses penyiapan mental seorang pemimpin," tutur AHY.

Ia justru khawatir, jika ketika itu ia memenangkan Pilkada DKI Jakarta, maka ia bisa menjadi sosok yang sombong dan tinggi hati. Sebab ia mengaku sering memenangkan kompetisi dalam berbagai kesempatan, baik dalam pendidikan maupun penugasan ketika masih bergabung di militer.

Namun kekalahan tersebut malah mengajarkan dirinya untuk tetap rendah hati dan menjadi pribadi yang kuat, gigih dan terus belajar. Hal itulah yang menjadi bekal dirinya untuk terus menapaki jalan perpolitikan yang terjal dan berliku, sehingga membuat dirinya siap memimpin Partai Demokrat.

Dengan bekal itulah, AHY berupaya untuk meyakinkan masyarakat dan partai politik lainnya untuk mau bergandengan dengan dirinya di 2024 mendatang. Caranya adalah dengan membuka komunikasi dengan partai politik lainnya agar terbangun sebuah koalisi yang solid.

Selain itu, AHY juga rajin bertemu dengan masyarakat di berbagai daerah, membuka komunikasi dengan mereka dan menyerap segala aspirasi yang diberikan oleh masyarakat.

Dengan pendekatan seperti itu, ia yakin masyarakat aan tergerak hatinya untuk dapat memilih dam memercayakan harapannya pada Partai Demokrat. "Target saya, mengembalikan elektabilitas Partai Demokrat menjadi dua digit, dengan mengirimkan wakil dari seluruh Dapil ke Senayan. Alhamdulillah, tren elektabilitas Demokrat terus meningkat signifikan. Adapun terkait Pilpres, kita cermati bagaimana dinamika koalisi ke depan," ujar AHY.

 

 

 

 

(Rio Rizalino\Warta Wartawati)

Share:




Berita Terkait

Komentar